Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Day 15: Matematika di Sekitar Kita

Terkadang ketika kita mendengar kata "matematika" maka yang terbayang dalam benak kita adalah angka, rumus, dan segala kerungsingannya. Mungkin karena hal ini sudah jadi budaya pembelajaran kita, bahwa matematika adalah tentang rumus; menghapal dan memghitung. Jika hasilnya tidak diperoleh, maka ada yang salah dengan cara atau rumus kita. Padahal, kalau dilihat lebih detail ke sekeliling kita, sejatinya matematika adalah ilmu yang amat luas. Komsepnya dimana-mana. Setelah beberapa contoh pada postingan sebelumnya, kali ini contoh yang saya pribadi baru menyadarinya, yakni proses kehamilan. Ya, hamil memiliki banyak penerapan konsep matematika di dalamnya. Pertama, bagi saya yang sudah menanti-nanti maka kehamilan (bahkan masa-masa sebelum ini) selalu diisi dengan kegiatan menghitung setiap harinya; menghitung masa subur atau yang sekarang rutin dilakukan memghitung usia kehamilan. Dan kegiatan menghitung ini sudah jelas kegiatan matematika kan... Kedua, kegiatan rutin bulan

Day 13: Matematika di Sekitar Kita

Time for shoppiiiiing.... Setelah akhirnya hampir dua bulan menunda jadwal belanja bulanan karena harus istirahat jalan-jalan efek hamil trimester pertama. Membahas kegiatan belanja tanpa harus dijelaskan panjang lebar sudah kebayang bahwa ini adalah salah satu kegiatan matematika. Pertama, menggunakan konsep perhitungan aritmatika sosial (pembayaran dan pengembalia) dengan mata uang. Kedua, kegiatan menyortir daftar belanjaan dari yang menjadi prioritas. Ketiga, selama proses pemilihan barang akan ada sesi menyeleksi jenis barang atau sekaligus harga termurahnya, hehehe. Keempat, kegiatan menyusun barang ke dalam plastik belanjaan supaya cukup atau memiliki kemampuan yang mudah dibawa. Belanja, kegiatan menyenangkan bagi wanita, yang sejatinya banyak konsep matematika di dalamnya... #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #ILoveMaths #MathsAroundUs

Day 11: Matematika di Sekitar Kita

Adzan Isya berkumandang, dan seketika ide menulis itu datang. Masih sama, topiknya tentang matematika. Meski adzan hanyalah untaian kalimat keagungan, namun di dalamnya pun adzan konsep matematika. Pertama, penentuan waktu dikumandangkannya adzan menggunakan waktu. Perhitungan waktu tentu saja menggunakan konsep matematika, apalagi jika dihubungkan dengan lamanya antar waktu sholat. Kedua, setiap kalimat dikumandangkan dengan jumlah 2-4 kali. Hal ini tentu saja membuat sang muadzin harus pandai menghitung dalam hati untuk setiap pengulangan di masing-masing kalimat. Ketiga, panjang harokat menggunakan perhitungan dasar matematika misal dalam mad tobi'i untuk dua kali ketukan. Terakhir, pengukuran durasi adzan. Muadzin pun harus memperkirakan lamanya adzan dikumandangkan, supaya tidak terlalu lama maupun terlalu cepat. Nampak sederhana, namun hal ini kembali membuktikan bahwa keberadaan matematika sangatlah dekat, yang mungkin saja terkadang belum kita sadari betul aplikasinya d

Day 10: Matematika di Sekitar Kita

Hari ini adalah jadwal untuk acara keluarga, yakni walimatul 'ursy di Bekasi. Dan tetiba teringat bahwa dalam sebuah pesta pun banyak sekali penerapan konsep matematika. Namun, karena posisi kami adalah keluarga besan (mempelai pria), maka saya akan menelisik konsep matematika dari sudut pandang sebagai besan, yakni perjalanan kami ke tempat keluarga hajat (mempelai wanita). Bukan hal yang sederhana mempertimbangkan jarak tempuh perjalanan BSD - Bekasi. Kelihatannya sederhana, namun sejatinya dalam perjalanan tersebut terdapat banyak konsep matematika. Pertama, prediksi jam berangkat. Ada nilai matematika pada penggunaan perhitungan jam, pun pada konsep berpikir kritis. Kedua, pembayaran tol yang tentu saja menggunakan nominal uang yang sudah diperhitungkan dengan baik. Pada hal ini terdapat konsep jual beli. Ketiga, ketika seluruh keluarga sudah berkumpul maka terdapat proses pemilahan kendaraan dan muatan penumpang, termasuk tempat untuk membawa semua barang bawaan. Bisa dika

Day 9: matematika di sekitar kita

terinspirasi dari jalan-jalan siang hari ini, melihat lampu merah di sepanjang jalan teringat dengan penerapan konsep matematika, dengan topiknya yakni "peluang". Dahulu ketika di bangku sekolah, saya selalu mempertanyakan kenapa lampu merah bisa sedemikian apik mengatur lalu lintas tanpa terjadi kesamaan waktu. Singkat cerita, Hingga suatu hari saya mencari beberapa referensi dan berdiskusi pada guru matematika SMA dan berakhirlah penasaran itu dengan diketahuinya penggunaan konsep peluang dalam penerapan lampu lalu lintas. Sejatinya, konsep peluang ini tidak hanya ada pada lampu merah, namun penerapannya sangat akrab dengan keseharian kita, misalnya ketika menjalani tes masuk sekolah atau seleksi kerja. Bahkan, untuk memperkirakan besarnya peluang pada suatu hal bisa dilakukan dengan hanya menggunakan deskripsi tanpa harus menggunakan rumus angka-angka. Kembali pada lampu merah, meski secara kasat mata nampak seperti penerapan ilmu sosial, namun pada dasarnya perhitun

Day 5: Matematika di sekitar kita

Sholat, ya sholat. Orang muslim mana yang tidak familiar dengan ibadah tersebut. Namun, mungkin banyak pula yang belum menyadari bahwa sholat merupakan salah satu kegiatan yang melibatkan konsep matematika dasar, yakni sudut dan penambahan. Bagaimana bisa? Mari coba kita perhatikan. Pertama, takbiratul ihrom dilakukan dengan posisi kedua telapak tangan sejajar telinga atau pundak. Maka disitu berlaku hukum sudut dalam pembentukan garis sejajar. Kedua, ketika berdiri secara todak langsung kita berusaha memosisikan tubuh kita untuk berdiri tegak membentuk sudut lurus dengan besar ukuran kurang lebih 180 derajat. Begitu pula ketika kita melakukan i'tidal. Ketiga, ruku' yang baik dan benar memerlukan posisi tubuh kita membentuk sudut siku-siku atau sekitar 90 derajat. Begitu pula ketika kita melakukan duduk antara dua sujud dan tawaruk. Keempat, ketika kita sujud, kita memberlakukan sudut lancip dan siku-siku untuk kedua tangan kita. Kelima, ketika mengucapkan salam dan dzikir d

Day 4: Matematika di sekitar kita

Masih tentang matematika, yang keberadaannya ada dimana-mana dan sangat dekat dengan keseharian kita. Salah satu contoh lagi kegiatan rutin harian saya di pagi hari; minum susu bubuk. Mungkin awalnya akan mengernyitkan kening kita, karena terasa aneh antara susu dan matematika. Namun, benarlah itu pun salah satu kegiatan yang didalamnya mengandung konsep ilmu pasti tersebut. Pertama, pemilihan gelas yang sesuai. Proses pemilihan ini termasuk dalam konsep berpikir karena kita harus bisa menentukan gelas yang sesuai. Kedua, proses menggabungkan air panas dan dingin. Untuk susu hamil, memiliki ukuran sendiri dalam menuangkan air panas, karena suhu yang terlalu panas akan membuat kandungan asam folat berkurang bahkan menghilang. Ketiga, menakar susu dengan sendok makan. Untuk sekali minum diperlukan 3 - 5 sendok (tergantung produk susunya). Jadi, secara otomatis kita pun ikut menghitung jumlah takaran sendok susu yang sudah kita masukkan. Keempat, proses penggabungan susu dengan air. Kit

Day 3: Matematika di Sekitar kita

Matematika menjadi salah satu ilmu pasti, karena memang sudah pasti keberadaannya melekat dalam keseharian kita. Maka, tak heran pula materi matematika sudah menjadi pelajaran wajib sejak usia dini di lembaga belajar formal. Sebenarnya matematika tidak hanya dijumpai para murid di sekolah, di rumah sebagai ibu rumah tangga keberadaan matematika dimana-mana, contoh sederhana pada kegiatan menyuci baju. Secara pribadi, banyak konsep matematika yang digunakan ketika menyuci baju. Pertama, pemilihan wadah atau ember yang sesuai dengan kuantitas baju yang hendak dicuci. Jika banyak maka gunakan ember besar, begitu pula sebaliknya. Kedua, pemisahan jenis baju. Antara baju yang luntur dengan yang tidak atau dengan komponen jenis baju yang sama misal baju kerja dan baju rumah. Ketiga, menakar kuantitas deterjen yang digunakan. Tidak mungkin sesendok deterjen penuh digunakan pada tumpukan baju yang isinya hanya setengah ember sedang jika kegiatan menyuci kita hendak menjadi lebih ringan, mak

Pohon Literasi: Day 11

Masih di buku yang sama dengan topik yang berbeda dari halaman buku yang berbeda. Memang membaca saya kali ini cenderung lama, tapi selalu saya luangkan waktu untuk membaca buku meski dengan cara menyicil. Agak greget memang, karena rasa penasaran yang ada ingin menuntaskan bacaan, namun jadwal harian dan projek lain yang juga perlu meminta porsinya. Intinya, meski jadwal harian sudah terencana, namun selalu ada sesi membaca buku meski hanya beberapa halaman. Semoga konsistensi itu tetap selalu ada, bismillah... #GameLevel5 #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #ForThingsChangeIMustChangeFirst

Pohon Literasi: Day 10

Alhamdulillah di hari ke-10 ini saya masih menikmati membaca dengan buku yang sama. Bayangan sebelumnya, karena hari libur kerja saya bisa menghabiskan banyak halaman, atau malah menyelesaikannya. Namun, nikmat Allah luar biasa meminta saya untuk beristirahat dan hanya rebahan di kasur. Meski demikian, karena komitmen yang sudah dibuat sejak awal untuk menyelesaikan project ini dengan baik, maka tetap meluangkan waktu atau lebih tepatnya memaksa diri untuk tetap membuka buku, meski target halaman yang direncanakan belum tercapai. In syaa Allah masih ada hari libur esok hari, semoga waktu luang untuk lebih banyak halaman yang dibaca bisa terlaksana, aaamiin. Bismillah... #GameLevel5 #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #ForThingsChangeIMustChangeFirst

Day 8: Pohon Literasi

Di hari ke-8 ini masih membaca buku yang sama, tetap bersyukur karena masih diberikan kesempatan membaca. Mungkin ini adalah sesi project membaca saya yang terlama sepanjang hidup saya, hehe, karena memang sudah lebih seminggu saya berkutat dengan buku yang sama dengan halaman yang tidak lebih dari 500. Bukan tanpa alasan, kegiatan membaca menjadi lebih lama karena dibarengi dengan projek personal, sehingga kandang waktu untuk membaca lebih sedikit, yakni di sore hari menjelang maghrib. Selebihnya digunakan untuk projek personal tersebut yang memang sudah direncanakan dari sebelum adanya game level 5. Tapi, saya tetap senang dengan adanya game level 5 ini karena justru tetap membuat saya konsisten membaca buku meski projek lain juga sedang dikerjakan. Semoga dengan ini tetap konsisten untuk membaca buku seterusnya, bismillah... #GameLevel5 #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #ForThingstoChangeIMustChangeFirst

Day 6: Pohon Literasi

Hari ini masih berkutat dengan buka yang sama dari project awal. Masih buku yang sama, karena rutinitas yang baru yang membuat jadwal membaca buku menjadi lebih pendek. Jadi berbekal dengan game level Bunda Sayang kali ini, selalu memaksakan diri menyempatkan membaca beberapa halaman. Memang tidak banyak lembaran yang bisa dibalik di satu hari, namun in syaa Allah tetap konsisten dan selalu ada kejutan ilmu baru di setiap halamannya. #GameLevel5 #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #FirThingstoChangeIMustChangeFirst

Day 5: Pohon Literasi

Masih tentang membaca, dan masih tentang buku yang sama, namun berbeda halaman namun tidak beranjak jauh. Meski belum menuntaskan buku yang ada, alhamdulillah konsistensi membuka setiap halaman buku masih terlaksana. Pun otomatis ilmu-ilmu baru juga didapatkan. Semoga ke depannya bisa dengan segera menuntaskan buku bacaan yang sedang menjadi projek pekan ini, bismillah... #GameLevel5 #Tantangan10Hari #KuliahBunsayIIP #FirThingstoChangeIMustChangeFirst

Pohon Literasi: Day 3

Hari ini, masih melanjutkan bacaan yang belum selesai. Buku dengan judul "trach like finland" menjadi projek bacaan saya pekan ini. Namun, tidak terlalu signifikan halaman yang bisa dibuka hari ini, karena beriringan pula dengan kegiatan lain yang tentu menuntut saya harus membagi jam harian yang ada. Alhamdulillah membaca sudah menjadi hobi saya sejak kecil. Jadi, buku-buku sudah menjadi teman perjalanan dan koleksi rak di rumah. Namun, karena kegiatan yang mulai tak lagi banyak luang, membuat kegiatan membaca tak lagi seiintens dulu terutama ketika sedang sekolah. Namun, dengan adanya project pohon literasi ini, kembali mengingatkan saya, meski terkadang kegiatan harian yang sudah terjadwal bahwasannya membaca menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan meski hanya satu lembar halaman. Karena membaca bukan hanya untuk mengisi waktu luang, tetapi juga untuk mengisi pikiran kita. Sebagaimana raga memiliki kebutuhan dengan adanya makanan, maka otak pun memerlukan kebutuhan

Observasi 10

Hari ini saya kembali mengobservasi diri sendiri. Masih sama, bukan untuk mencari tahu tapi lebih pada melihat apakah gaya belajar yang saya punya masih sama. Kali ini, saya menguji diri sendiri dengan mengikuti kuliah dalam dua versi, kulwap dan via you tube. Tekhnik keduanya akan melihat dominan diri saya pada gaya visual atau audiolingual. Singkat cerita, setelah berjam-jam berkutat dengan gadget, kemudian menganalisa diri sendiri, saya berkesimpulan dominansi gaya belajar saya masih sama, yakni pada visual. Sulit bagi saya jika mengikuti kuliah dengan durasi yang tidak sebentar tanpa harus mencatat atau setidaknya ada gambar yang perlu diliat. Meskipun pada dasarnya alhamdulillah saya pun bisa menyesuaikan belajar di tempat berisik, saya lebih menikmati belajar dengan kondisi tekhnik atau metode yang mengarah pada gaya belajar visual. Akhir kata, gaya belajar yang dimiliki saya dan yang alhamdulillah sudah saya ketahui sejak kuliah, masih sama hingga kini. Gaya belajar mungkin

Observasi 9

Hari ini kami membahas "air" di kelas sains. Karena tentang udara, maka saya pun sudah menyiapkan beberapa media di hari sebelumnya. Saya bawakan anak-anak gelas kaca, korek api, dan lilin kecil.  Eksperimen tersebut untuk menunjukkan bukti ilmiah fungsi udara untuk membakar. Jika tidak udara, maka api pun akan mati. Eksperimen ini sudah saya rencanakan untuk memfasilitasi ragam gaya belajar anak-anak saya, visual audio dan kinestetik. Hasilnya, nampak jelas karakter yang bisa ditunjukkan oleh mereka. Bagi anak visual dan audiolingual, mereka akan memperhatikan gerakan saya dengan sangat tenang dan teliti. Sedangkan bagi yang kinestetik, mereka cenderung menikmati berada di dekat-dekat saya dan memegang setiap bahan yang saya bawa. Selain itu, ketika sesi eksperimen selesai, semua bahan yang ada digunakan sesuka mereka secara bergantian. Mereka senang menyalakan korek api, menyalakan lilin, atau pun menutup lilin dengan gelas kaca. Saking antusiasmenya mereka, dengan tetap

Observasi 8

Hari ini observasi saya tidak berfokus hanya pada satu gaya belajar anak, namun mengkombinasikan semuanya. Metode yang saya ambil adalah contextual learning. Metode yang pas dengan topik sains kami hari ini, "in the ground", dengan tekhnik observasi lapangan. Awalnya, saya meminta anak-anak membuat table observasi yang sudah saya buatkan di papan tulis. Saya mengajak anak-anak mengunjungi taman sekolah guna memberikan konteks materi secara langsung. Mereka meneliti apa saja benda yang mereka lihat di sekitaran mereka. Karena masih kelas 2, jadi materi pembahasan pun masih sederhana. Oleh-oleh dari kegiatan ini pun saya mendapatkan ragam jenis batu yang kemudian saya jadikan media belajar di kelas di waktu serta materi yang sama. Dari tekhnik pembelajaran ini, dengan melihat benda secara langsung, diharapkan anak-anak dengan gaya belajar kinestetik dan visual dapat menikmati kegiatan yang ada. Selanjutnya, menulis observasi dengan gambar pun diharapkan memfasilitasi anak-a

Observasi 7

Masih tentang topik yang sama, anak dan gaya belajar. Di hari-hari sebelumnya sudah dilakukan beberapa observasi dengan ragam gaya belajar yang sudah ditentuntukan. Jadi, hari ini dan berikutnya akan terjadi observasi berulang guna menguatkan catatan yang sudah ada. Hari ini, saya berfokus pada kelas tahfizh, dengan metode talaqqi, maka sudah tentu metode talaqqi dominan kelasnya anak-anak audiolingual. Alhamdulillah kami dapat menghapal 4 ayat di pagi lalu murojaah 10 ayat di waktu sholat dhuha dan dzuhur. Alhasil, anak-anak yang memang sebelumnya tercatat berkarakter audiolingual menjadi lebih dominan di kelas tahfizh hari ini. Semakin menambah catatan saya terkait anak-anak tersebut... alhamdulillah membantu saya sebagai guru untuk mengembangkan metode dan tekhnik lebih variatif karena kelas saya pun isinya anak-anak yang beragam karakter belajarnya... 😀 #Tantangan10Hari #Level4 #GayaBelajarAnak #KuliahBunsayIIP

Observasi 6

Hari ini, saya ingin mengenal lebih jauh anak-anak yang berkarakter audilingual dalam gaya belajarnya. Maka, saya gunakanlah tekhnik bercerita di jam pelajaran tahfizh. Karena sifatnya tanpa perencanaan matang, makanya berceritanya pun tanpa media apapun, hanya mengandalkan intonasi suara dan gesture tubuh. Isi ceritanya sederhana, tentang ayat yang sedang kami hapal, yakni al-qiyamah ayat 21 -25. Intinya saya hendak mengisahkan tentang sakaratul maut sesuai makna ayat di dalamnya. Untuk membuat suasana lebih kondusif, maka anak-anak duduk di lantai sedangkan saya di kursi untuk bisa melihat semua anak. Singkat cerita, anak-anak menyimak dengan baik, alhamdulillah. Namun, karena memang pada dasarnya anak-anaknsenang mendengarkan cerita, maka di awal pun anak-anak cukup antusias dan tenang. Namun, seiring jalan tentulah terjadi proses evolusi, hehe. Hanya beberapa anak yang menunjukkan ketertarikan yang sangat baik, dan memproses informasi dengan baik. Beberapa dari mereka itulah ya

Observasi 5

Hari ini kami membahas "water" di kelas sains. Karena tentang air, maka saya pun sudah menyiapkan beberapa media di hari sebelumnya. Saya bawakan anak-anak beberapa gelas serta bahan lain sebagai campuran. Eksperimen tersebut untuk menunjukkan bukti ilmiah sifat air yang jika dicampurkan bahan lain bisa tercampur, tenggelam, atau melayang. Eksperimen ini sudah saya rencanakan untuk memfasilitasi ragam gaya belajar anak-anak saya, visual audio dan kinestetik. Hasilnya, nampak jelas karakter yang bisa ditunjukkan oleh mereka. Bagi anak visual dan audiolingual, mereka akan memperhatikan gerakan saya dengan sangat tenang dan teliti. Sedangkan bagi yang kinestetik, mereka cenderung menikmati berada di dekat-dekat saya dan memegang setiap bahan yang saya bawa. Selain itu, ketika sesi eksperimen selesai, semua bahan yang ada berubah dari awalnya, karena saking antusiasmenya mereka hingga mencampur segala bahan sesuka hati mereka tanpa izin saya terlebih dahulu... 😅 Tapi, alhamd

Observasi 4

Suami menjadi objek observasi saya kali ini. Beberapa hari lebih intens memperhatikannya cara melihat dan menelaah sesuatu yang baru. Sedikit kesimpulan yang bisa saya ambil, beliau adalah pembelajar dengan karakter audiolingual. Hal ini melihat dari caranya dalam kecintaannya mengikuti kajian baik yang langsung maupun via online. Visual menjadi karakternya di urutan kedua, karena beliau senang membaca banyak info maupun berita-berita portal. Selanjutnya, untuk kinestetik saya belum terlalu melihat pada dirinya sejak kami menikah. Namun, tak ada salahnya untuk hari berikutnya mencoba menelaah lebih dalam untuk satu gaya belajar tersebut pada dirinya... 😀 #Tantangan10Hari #Level4 #GayaBelajarAnak #KuliahBunsayIIP

Observasi 3

Alhamdulillah, sebelumnya saya sudah cukup mengenal diri sendiri, termasuk gaya belajar yang sesuai. Namun, hari ini saya menguji diri sendiri untuk tantangan hari ke-3. Hanya untuk memastikan apakah gaya belajar yang dahulu dan sekarang masih sesuai atau sudah berubah 😅 Memasak rendang menjadi pilihan saya dalam observai kali ini. Selain karena stok daging yang ada, pun memasak menjadi yang paling memungkinkan bagi seorang ibu rumah tangga seperti saya. Ini adalah kali kedua saya membuat rendang setelah setahun yang lalu merasa tidak puas dengan percobaan pertama. Maka, berselancar lah saya mencari cara membuat rendang, termasuk tanya teman sana sini. Singkat cerita, tak cukup bagi saya hanya dengan mendengarkan cara membuat rendang dari mereka. Yang saya lakukan adalah mencatatnya di 'note' gadget saya. Jika di cookpad, maka saya pun perlu melihat hasil jadinya. Selanjutnya, tak perlu banyak teori yang saya butuhkan. Saya lebih senang langsung mempraktekan ketimbang

Observasi 2

Pembahasan yang sama, masih tentang hubungan metode mengajar dengan gaya belajar. Kali ini, saya memberikan kesempatan pada teman-teman kecil saya untuk belajar melalui gaya visual. Selain memberikan variasi metode, pun mengenal karakter visual mereka lebih jauh. Bahasa inggris menjadi kelas yang cocok untuk mempraktekannya. Kami menggunakan slide presentasi dan video mengenai materi clothes. Karena medianya video dan slide presentasi, maka sudah tentu penuh warna dan ragam gambar. Berbeda dengan hari kemarin, metode kali ini lebih menantang untuk memgondisikan anak-anak lebih fokus. Tidak semua anak tertarik dengan video yang diputar, pun tidak sedikit pula yang sibuk sendiri ketika slide presentasi ditayangkan. Sebagai guru, tentu saja saya hapal siapa saja anak-anak tersebut. Dari metode yang memang ditujukan untuk mengobservasi anak-anak visual, saya temukan ada beberapa dari mereka yang cukup baik mengikuti pembelajaran, namun dari 23 anak tidak sedikit pula yang perlu mengg

Observasi 1

Menjadi seorang guru tentulah harus banyak ide dalam memberikan teknik dan metode mengajar yang beragam nan efektif. Selain untuk memudahkan mereka memahami materi, pun membantu kita memahami gaya belajar mereka yang tentu saja semakin banyak anak semakin kaya keberagamannya. Seperti hari ini, kami bermain puzzle dengan menggunakan stik es krim di kelas Matematika. Materinya pengurangan bilangan hingga 100. Bagi anak-anak kelas dua, diperlukan banyak stimulus warna dan gerak karena kecenderungan sedikitnya durasi fokus mereka. Alhamdulillah, selama proses bermain anak-anak nampak ceria sekali. Bahkan sangat keliatan kompetisi di antara masing-masing grup. Kebahagiaan mereka nampaklah sempurna ketika mereka berhasil menyelesaikan projek yang diberikan. Saya, sebagai gurunya, sudah tentu ikut bahagia. Projek ini sengaja saya buat dengan kerja tim berpasangan, jadi masing-masing menyelesaikannya dengan teman sebangku. Alhasil, saya melihat kecenderungan anak-anak murid saya dominan

Family Project 6

Di hari Sabtu ini, family project kami adalah belanja sepatu suami dan menjenguk teman di rumah sakit. Keduanya sudah kami rencanakan sejak dua hari lalu. Alhamdulillah keduanya terlaksana dengan baik. Kami dapat menjenguk teman sakit dan itu rasanya kuar biasa karena bisa melihat beliau tersenyum. Selain itu, bonus yang didapatkan adalah bersilaturahmi bahkan dengan yang lain, karena ketika kami datang sudah ada beberapa teman lain yang juga sedang menjenguk. Setelah dari rumah sakit, kami menuju Lippo Karawaci. Tujuannya hanya mencari sepatu kerja untuk suami. Namun berjam-jam serta berlantai-lantai keliling belum jua ditemukan sepatu yang cocok. Akhirnya kami menyerah dan mencari alternatif tempat belanja yang lain. Meski lelah dan pulang malam, tapi alhamdulillah selalu bahagia ketika family project yang direncanakan dapat berjalan dengan lancar dan sukses. -The Zal- (Love & Share) #Day10 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Family Project 5

Family project kami hari ini adalah membuat sarapan, menunya nasi goreng. Kenapa poin ini menjadi project kami, karena memang kemarin belanja bahan yang dipersiapkan untuk hari ini, membayar hutang saya yang kemarin tidak jadi masak. Malamnya sudah kami persiapkan segala keperluan, suami yang belanja juga memasak nasi. namun sayangnya kami gagal mengeksekusi project tersebut di pagi hari ini karena kami bangun kesiangan 😔 Bangun kesiangan yang tetap tidak bisa mengeksekusi projectnya karena suami harus segera berangkat untuk acara kantor. Alhasil, nasi yang sudah matang pun tidak terolah, dan bumbu yang juga sudah diolah sebelumnya masih belum tersentuh. Persiapan yang sudah dilakukan dengan matang namun sayangnya gagal dalam eksekusi. Tapi namanya juga rencana, alhamdulillah hari ini Allah berikan kami kesempatan untuk gagal, karena dari sini kami dapat pengalaman yang berbeda dan jadi langkah kami untuk belajar lebih banyak... 😀 -The Zal- (Love & Share) #Day9 #Level3

Family Project 1 (bag.4)

Karena hari ini hari libur, maka fokus utama kami kembali pada project pertama. Alhamdulillah, project berjalan lancar dan sukses. Bahagia tentu saja, apalagi project ini berhubungan langsung dengan Nya. Ke depannya, semoga tetap konsisten dan semakin khusu' in syaa Allah. Bismillah.... -The Zal- (Love & Share) #Day8 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Family Project 4

Family project  kami hari ini adalah dekorasi rumah dengan nuansa merah putih. Hal ini terinspirasi dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia ke-72 besok. Namun, rencananya kami akan memulai dekorasi insya Allah malam ini, menunggu kami sama-sama menyelesaikan tugas publik. Bahan-bahan sudah kami persiapkan (belanja sabtu pekan lalu). Tujuan project ini sederhana, kami ingin membuat suasana baru di rumah. Semoga dengan demikian juga membuat hari-hari ke depan lebih baik secara mood atau komunikasi antar kami berdua. Bismillah... -The Zal- (Love & Share) #Day7 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Family Project 4

Kali ini kami membuat family project yang cukup berbeda, yakni mmebuat media mengajar Math. Untuk saya memang, namun suami dengan luar biasanya ikut turun tangan yang bahkan saya sendiri tercengang dibuatnya. Persiapan dilakukan sejak Ahad. Kami berbelanja semua kebutuhan di toko buku. Sebelumnya sudah saya list apa saja yang hendak dibeli. Dan hari-hari berikutnya kami lewati dengan membuat medianya. Hingga malam namun justru semakin membuat suami senang membantu. Dan hari ini adalah waktu digunakannya media tersebut. Media yang bertujuan untuk mengajak anak bermain dalam belajar topik "even and odd numbers" dan "order and pattern". Alhamdulillah selama kegiatan anak-anak terlihat senang. Meski ada beberapa yang masih melakukan kesalahan, namun sangatlah wajar namanya juga proses. Saya bahagia sekali dengan family project kali ini, karena suami berkenan turun tangan dan membantu. Alhamdulillah, dengan family project segala kebersamaan itu sangatlah terasa. Se

Family Project 3

Projek keluarga kami di hari pertama pekan ini adalah mengerjakan pekerjaan rumah bersama, karena ahad kemarin saya disibukkan dengan beristirahat karena sakit. Tidak banyak target kebersamaan kami di senin pagi, yang penting seragam dan kasur rapih. Jadi, kami membaginya menjadi dua tugas bersama. Saya menyetrika, suami membereskan kasur dan memotong buah untuk sarapan pagi. Di awal pekerjaan, kami membereskan baju bersama-sama untuk kemudian masing-masing kami melanjutkan tugas sesuai kesepatakan. Alhamdulillah projek berakhir lancar dan bahagia. Meski sederhana tapi sangat terasa kebersamaan kami dan cukup menjadi mood booster di pagi hari. Alhamdulillah... -The Zal- (Love & Share) #Day5 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Family Project (Ahad 1)

Project akhir pekan kami adalah olahraga pagi dan atau mengikuti kajian. Alhamdulillah di ahad hari ini terlaksana keduanya. Tepat pukul setengah tujuh kami berangkat, dengan menggunakan baju olah raga menuju taman kota 1. Singkat cerita. Kegiatan olahraga, jogging dan senam, bearkhir sekitar satu setengah jam kemudian. Setelahnya kami membeli makanan dan minuman lalu menuju masjid al-Azhar BSD, tujuannya sederhana memang untuk mendengarkan kajian. Selama di mesjid, kami tidak masuk karena kostum pun tidak mendukung. Jadi, selama kajian kami mendengarkannya dari pelataran sembari melahap sarapan pagi. Setelah kajian usai, kami menyelesaikan kegiatan ahad pagi dengan kembali pulang. Alhamdulillah wasyukurillah, ahad pagi ini family project kami berjalan lancar. Insya Allah semoga badan dan hati terjaga untuk tetap sehat, aamiin... -The Zal- (Love & Share) #Day4 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Family Project (bag. 3)

Alhamdulillah project kelurga kami sudah mencapai di hari ketiga, namun sayangnya tidak menuai kesuksesan seperti hari pertama. Kami tidak bangun kesiangan, hanya saja waktu yang mepet dengan azan shubuh membuat kami harus rela mengisi detik-detik tersebut untuk kegiatan menjelang sholat berjamaah. Sedih memang, namun waktu tidak bisa diputar. Meski demikian alhamdulillah kami masih semangat untuk hari berikutnya, dengan memperbaik dari apa yang kami rasa perlu perbaiki. Semoga memang lebih baik, bismillah... #Day3 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Family Project (bag. 2)

Hari ini adalah hari kedua family project kami, namun sayangnya tidak berjalan dengan baik. Kami gagal menjalankan misi tersebut di hari kedua. Sedih, tentu saja bahkan kecewanya terasa bertubi-tubi. Kesalahan saya memang pada awalnya karena tidur larut meski suami sudah mengingatkan. Sehingga akhirnya kami pun sama-sama bangun telat dan menyisakan rasa sesal tidak menjalankan family project dengan baik. Pembelajaran untuk kami ke depannya. Dari hari ini kami jadi lebih peka untuk ke depannya apa dan mana yang harus diperbaiki. Semoga hari esok mendulang kesuksesan yang sama seperti hari pertama bahkan bisa lebih baik. Semoga saja, bismillah.... #Day2 #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP

Projek Family 1

Bismillah. Hari ini kami, saya dan suami, memulai project family day 1. Alhamdulillah kami sudah terbiasa membuat family projek, namun biasanya yang bersifat jangka panjang. Jadi, untuk kali ini kami berdiskusi projek singkat dalam menuntaskan amanah tugas di IIP Bunda Sayang 2. Projek kami amatlah sederhana, yakni menjalankan sholat tahajjud minimal 5 hari berturut-turut. Kenapa 5 hari, karena dalam sebuah penelitian untuk menjadikan sesuatu sebagai kebisiaan diperlukan latihan atau pembiasaan minimal 5 hari. Jadi, kami hendak melihat dulu 5 hari pertama lalu insyaa Allah dilanjutkan 5 hari berikutnya, dan seterusnya. Kami memilih sholat tahajjud karena visi utama keluarga adalah membangun kedekatan kepada Allah. Allah menjadi fondasi utama bagi kami, sehingga tahajjud merupakan misi yang memang sudah sepatutnya memiliki porsi penting dalam pelaksanaannya. Alasan kedua, beberapa bulan ini bangun pagi menjadi hal yang amat sulit bagi kami, sehingga mendapat tantangan 3 ini serasa m

Day 10: Disiplin Bangun Pagi (bag. 10)

Ternyata kemandirian memang sifatnya fluktuatif, karena bahwasanmya setelah beberapa hari kemarin target waktu tercapai, kini berbanding terbalik, seperti berasa kembali pada hari pertama. Hari ini saya kembali bangun siang, dan dengan upaya keterlibatan suami. Ketika bangun tentu saja saya merasa bersalah, karena waktunya terpaut panjang. Setelah berpikir panjang, mungkin ini efek dari bad mood yang ada, memang sebelumnya ada hal yang cukup kompleks sehingga beberapa waktu pikiran saya terpusat pada masalah yang ada. Jadi, singkatnya memang kemandirian perlu konsistensi diri, waktu, serta totalitas perasaan, sehingga projek yang ada pun tetap dapat berjalan dengan baik. Atau memang begitulah kehidupan, apa yang sedang kita rasakan dan alami, mempengaruhi pada seluruh kehidupan kita, termasuk projek kemandirian yang sedang dijalani ini. Namun, ke depannya bisa kembali baik bahkan lebih baik, bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Day 9: Disiplin Bangun Pagi (bag, 9)

Alhamdulillah, perkembangan hari ini masih stabil dengan kemarin. Tak jauh berbeda, namun tetap mensyukuri setidaknya saya masih konsisten dengan hari-hari sebelumnya, meski masih saja bangun di waktu mendekati shubuh. Senang tentu saja, namun sejatinya saya belumlah puas karena waktu target yang saya rencanakan belumlah tercapai. Setelah sepekan ini cukup konsisten dengan jam bangun pagi, meski mepet dengan azan shubuh, kini saya mulai meningkatkan timeline projek saya untuk waktu yang lebih pagi. Pasti akan berasa sulit lagi, namun kembali mengingat perjuangan hari-hari lalu ketika game level 2 ini dimulai dan perlahan alhamdulillah setiap harinya ada perkembangan baik. Maka, sudah saatnya saya meningkatkan tantangan dengan waktu yang lebih pagi lagi. Semoga tantangan berikutnya kembali dimudahkan, bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Day 8: Disiplin Bangun Pagi (bag. 8)

Masih dengan topik dan projek yang sama. Bosen memang rasanya menulis yang selalu sama di tiap harinya, namun hal ini atas titah suami juga yang masih ingin melihat konsistensi saya hingga beberapa hari ke depan. Tak apalah, pasti semua juga manfaatnya, he'eh... Hari ini alhamdulillah masih mempertahankan prestasi yang sama dengan kemarin. Bangun sebelum shubuh dan tertib melakukan kegiatan pagi. Perbedaan dengan kemarin, waktu hari ini lebih cepat meski tetap tak jauh rentang waktunya dengan sholat shubuh. Semoga, ke depannya masih tetap konsisten bahkan jam bangun bisa lebih pagi dan bertambah kegiatannya, bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Day 7: disiplin bangun pagi (bag.7)

Rencananya hari ini saya ingin mengganti projek kemandirian saya, namun suami meminta untuk berlatih sekitar sepekan lagi, maka jadilh saya kembali memosting materi projek yang sama, hanya saja prosesnya yang berbeda. Alhamdulillah perkembangan hari ini masih sama dengan dua hari kemarin, bangun tepat waktu dan dengan kesadaran sendiri. Bedanya hari ini, saya sadar sudah bangun namun tetap terbaring di kasur hingga suami juga terbangun baru saya bangkit dan menjalankan aktifitas pagi. Proses tujuh hari namun baru akhir-akhir ini target yang saya buat tercapai, itu pun belum maksimal. Ke depannya, saya ingin terus berlatih untuk memaksimalkan apa yang sudah saya targetkan dan konsisten dengannya, bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Hari 6: Disiplin Bangun Pagi (bag. 6)

Alhamdulillah, latihan hari ini berlangsung sama dengan kemarin. Tak jauh memang catatan waktu kemarin dengan hari ini, namun hari ini menjadi lebih baik karena bangun dengan kesadaran sendiri. Enam hari waktu untuk saya berlatih. Waktu yang tak sebentar, namun begitulah yang namanya proses. Terkadang jika diingat kembali akan menjadi lucu, tetapi alhamdulillah seiring waktu target projek pun tercapai meski dengan upaya tertatih-tatih. Harapannya, untuk hari ketujuh, kedelapan, dan seterusnya bisa tetap menjadi baik bahkan lebih baik. Semoga. Bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Hari 5: Disiplin Bangun Pagi (bag. 5)

Yes, Alhamdulillah... ! Itulah kalimat pertama yang saya ucapkan pagi ini. Akhirnya di hari kelima ini dapatlah saya bangun sebelum azan shubuh, namun tetap belum di waktu targetnya, tapi setidaknya saya melaksanakan sholat shubuh tepat pada waktunya. Bahagia, tentu saja. Namun, saya merasa belum sepenuhnya mandiri karena saya bangun berdasarkan sibuknya suami menyiapkan makan sahur. Semoga ini menjadi awal baik untuk ke depannya saya lebih mandiri dan disiplin dalam bangun pagi. Bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Hari 4: Disiplin Bangun Pagi (bag. 4)

"Ternyata melatih kemandirian tidak semudah yang dibayangkan..." Kalimat di atas sangatlah cocok untuk proses saya yang hanya baru berlatih untuk satu hal, yakni bangun pagi. Sudah hari keempat dan hasilnya masih sama, bangun di luar waktu target! Entahlah saya bahkan sampai berpikir panjang dimana kesalahan saya, dan saya temukan mungkin efek jam tidur yang juga di atas pukul sembilan. Meski masih belum berujung sukses, saya masih semangat melanjutkan projek kemandirian ini. Toh pada akhirnya pun untuk saya juga kelak hadir buah hati dalam hari-hari saya. Malu tentu saja, terutama pada diri sendiri, namun memang kegiatan sekolah yang memang sudah mulai membuat saya semakin larut waktu tidurnya. Tak seharusnya memang menjadi alasan, yang terpenting bagaimana kembali memperbaik kesalahan dan melanjutkan proses kemandirian dalam bangun pagi. Bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Hari 3: Disiplin Bangun Pagi (bag. 3)

Bismillah, Masih tentang tantangan kemandirian bangun pagi. Di hari ketiga belum ada peningkatan berarti, masih bangun di jam dan waktu yang sama. Tentu saja sholat shubuh tidak pada waktu tepatnya. Namun, terlepas dari waktu bangun yang di luar target, untuk hari ini memang saya beranjak tidur lebih larut, yakni tengah malam karena membawa tugas sekolah ke rumah. Semua masih sama, namun lebih baiknya jam tidur saya lebih sedikit tapi bangun di waktu biasanya. Tetap masih ingin melanjutkan tantangan, semoga ke depannya jauh lebih baik. Bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Hari 2: Disiplin Bangun Pagi (bag. 2)

Masih tentang kemandirian, masih tentang cerita bangun pagi... Di hari kedua ini, hasil tak jauh berbeda dengan yang kemarin, sholat shubuh masih telat, jam setengah 6. Tentu saja, tanpa alaram dan tanpa bantuan suami. Sedikit berbeda dengan kemarin, saya sempat terbangun pukul 3, ingat tahajjud namun tetap saja mata kalah dengan jam, astaghfirullah... Memang masih menjadi problema saya bangun pagi sendiri, apalagi jika sedang tidak sholat. Namun, in syaa Allah bertahap saya belajar lebih disiplin waktu di waktu pagi. Bismillah... #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Hari 1: Disiplin Bangun Pagi

Setelah game kedua dimulai, maka saya dan suami sepakat mengambil satu tantangan pertama untuk saya, yakni "Bangun Sendiri". Selama ini, bahkan dengan rentang waktu pernikahan saya yang sudah menginjak setahun setengah, selalu jam bangun pagi menjadi andil suami. Jika saya yang lebih dahulu bangun, maka kuantitasnya bahkan bisa dengan sangat mudah dihitung, he'eh. Maka dimulailah masa-masa 'kemandirian' saya sejak hari ini. Tak ada alarm. Tak ada ritual dibangunin. Namun, namanya juga awal maka jam bangun saya hari ini melewati target semestinya. Saya berharap bisa bangun sekitar pukul 3 namun nyatanya sholat subuh saja lewat waktu tepatnya. Namanya juga proses, semoga hari berikutnya semakin mengurangi waktu yang ada untuk ritual bangun paginya... 😄 #Level2 #BunsayIIP #MelatihKemandirian #Tantangan10hari

Day 10: clear and clarify

Hari ini ada pertemuan keluarga, bertemulah saya dengan yang lainnya kecuali ibu saya, karena beliau ada keperluan di Bekasi. Beberapa hari lalu, memang ada masalah antara ibu dan keluarga besar kami. Saya pun tak tahu jelas kejadian langsungnya, namun diceritakan ibu saya marah pada mamang dan bibi karena suatu hal. Yang menjadi masalah, ibu marah-marah tanpa mencari tahu dahulu permasalahan awalnya. Biasanya keluarga sudah paham betul karakter ibu, namun entah kenapa kali ini beberapa dari mereka ikut terpancing emosi, meskipun marahnya hanya secara umum. Efeknya mereka pun menegur saya atas sikapnya ibu. Aneh memang kenapa jadi saya yang dilibatkan, namun sebagai anak saya bersikap netral. Saya mencoba membuka kembali pemahaman mereka tentang karakter ibu, yang sejatinya justru mereka lebih paham betul ketimbang saya. Selain itu, saya mencoba mengklarifikasi apa yang menjadi masalah ibu. Tak lupa pula saya sisipkan kalimat permohonan maaf diakhirnya. Dampak yang saya rasakan

Day 9: dampak intonasi dan suara yang ramah pada anak

Ini adalah hari kedua mempraktekan teknik komunikasi intonasi dan suara yang ramah. Anak yang sama, pun aplikasi yang sama yakni sholat zuhur. Setelah kemarin berkutat cukup lama menyuruh mereka ke mesjid, kini sudah sedikit berubah. Memang masih ada sedikit perdebatan, tapi tidak seekstrim kemarin. Bahkan saya pikir itu hanya bercanda, jadi menanggapi sesekali. Tapi sejurus kemudian, benarlah mereka bersegera ke mesjid. Sengaja saya mengikuti dari belakang, dan memang mereka keluar berlarian menuju mesjid dan berjamaah dengan yang lain. Memang masbuq, tapi tak jadi masalah untuk saya. Namanya juga anak-anak, justru jika dipaksakan saya khawatir menciderai fitrah kesadaran mereka. Bahagia tentu saja. Saya merasa apa yang kami lakukan kemarin tak sia-sia. Saya berhasil membujuk mereka untuk mengikuti aturan tanpa saya harus mengatakannya berhari-hari. Yes!!! Ke depannya, kisah hari ini menjadi pijakan saya untuk menerapkan teknik tersebut lebih sering bahkan menjadikannya suatu ke

Day 8: Intonasi dan suara yang ramah

Sudah menjadi jadwal harian anak-anak kelas sholat zuhur berjamaah di mesjid. Namun, entah kenapa kali ini beberapa anak perempuan menolak berangkat dan menunjukkan demonya dengan tetap bertahan di kelas. Meski sudah azan mereka tidak peduli dan tetap melanjutkan bermain. Saya, hanya mengamati mereka dengan sesekali mengingatkan sudah azan. Tak banyak kata perintah yang saya ujarkan. Pun ketika iqomat, mereka pun mengabaikannya. Maka, mulailah saya mengajak mereka berbincang. Tak ada omelan, makian, atau nada tinggi. Saya gunakan intonasi dan suara yang ramah pada mereka. Memang obrolan menjadi alot, wajar, karena kita sedang berdiskusi bukan saling memerintah. Pun, anak-anak kelas 4 sudah pandai berargumen dengan banyaknya ragam stok kosa kata mereka. Meski demikian, intonasi dan suara saya tidak berubah, tetap ramah bahkan lebih ramah. 5 menit setelah iqomat. Sudah tentu mereka pun akan masbuq. Tak masalah bagi saya, karena tujuan utamanya yakni mereka menuju mesjid sebagaimana

Day 7: BISA!

Siang ini, saya masih disibukkan dengan kegiatan rapotan, sehingga waktu di kelas dipenuhi bersama laptop bukan lagi bermain bersama anak-anak. Namun, tetiba ada satu anak datang menghampiri saya, anak lelaki namun kami tak cukup dekat, sehingga kaget lah saya ketika dia hadir di hadapan saya untuk bercerita. Kehadirannya dibarengi dengan rajukannya untuk minta pulang dan minta minum. Saya tentu kaget, namun tidak mungkin mengekspresikannya di depan anak. Kaget karena yang bercerita adalah anak kelas 4 SD yang berusia 10 tahun. Sebelumnya, yang saya temui adalah kebahagiaan dan kebanggaan dari anak-anak kelas akan hari-hari Ramadhan. Singkat cerita, anak itu mengeluhkan hari-hari puasanya yang dirasa panjang dan sangat melelahkan. Pun dia bercerita selepas pulang sekolah maka yang dilakukannya adalah menghapus dahaga dan laparnya dengan makan dan minum sebagaimana biasanya. Pertama kali yang saya lakukan adalah tetap menunjukkan ekspresi ramah dengan intonasi lembut dan bersahaba

Day 6: still, my communication... My responsibility...

Topik hari ini masih melanjutkan aplikasi teknik komunikasi di hari kemarin, I am responsible for my communication result, namun berbeda objek personalnya. Entah kenapa tak biasanya pagi ini saya mendapat pesan whatsapp dari adik perempuan, dia menghubungi dari pesantrennya. Adik saya kelas 10, sudah besar namun justru itulah yang membuat saya enggan ngobrol sama dia, bahkan ketika liburan pun saya sengaja mencari celah untuk tidak ketemu, he'eh. Bukan karena tidak sayang, tapi bawaannya kesel aja dengan tingkah polanya yang padahal memang fitrah di usianya. Dia mengawali chatnya dengan kalimat yang sederhana, "Teteh apa kabar? Aku kangen..." Saya biasanya mengatakan hal itu pada banyak orang, cuma menjadi yang 'enggak' banget untuk adik sendiri. Namun sejurus kemudian saya teringat dengan jurus komunikasi di atas, sehingga saya pun bertekad untuk berdamai dengan perasaan sendiri. Setelahnya mengalirlah obrolan kami dengan penuh akrab. Agak aneh memang ka

Day 5: I am responsible for my communication result

Saya bukanlah pribadi yang dekat dengan orang tua, terutama ibu. Jangankan untuk berbicara panjang lebar dan curhat, sekedar berkirim pesan atau mengangkat telponnya saja muncul rasa segan yang luar biasa, sehingga semakin jauh saja hubungan kami. Perbedaan karakter kami yang menjadi awal dari semuanya. Seringkali iri melihat keakraban banyak orang bersama orang tuanya, namun setiap kehidupan orang pun tak bisa disama ratakan. Masa lalu setiap orang berbeda, sehingga berbeda pulalah setiap jalan kehidupan di masing-masing kita. Pagi saya hari ini disambut dengan dua kali misscalled dari ibu. Memandang diam layar handphone tentu saja yang pertama kali saya lakukan, berpikir keras. Perlunya keakraban dan kehangatan lebih jauh di antara kami adalah penyebab dari lambatnya respon saya. Bahkan kali ini justru membaik karena saya masih berpikir, biasanya setelahnya saya langsung abaikan atau meminta suami yang menghubungi balik. Sejurus kemudian, saya balik menelpon ibu, dengan pulsa n

Day 4: Clear and Clarify

Hari ini kami ada acara buka bersama dengan para murid dan orang tua (saya seorang guru). Dari hari-hari sebelum hari ini sudah saya sampaikan pada suami terkait undangan tersebut. Karena ini juga merupakan acara perpisahan kelas, meski belum pembagian raport, tentu saya tak ingin melewatkan acara tersebut. Seperti biasa, suami saya bukanlah pribadi yang berkarakter ekspresif, jadi respon dia masih saya anggap abu-abu antara akan datang dan tidak. Sehingga saya pun berangkat dari rumah sendiri, suami sedang di luar ada kegiatan juga. Ketika sudah berkumpul, reflek saya melupakan handphone saya. Dan ketika pukul 6 menjelang maghrb saya baru ngeh belum memberikan alamat rumah tempat bukber, sedangkan di call logs tertanda telpon masuk dari suami 3 kali. Singkat cerita, suami tidak datang ke acara bukber, namun tetap menjemput saya pulang. Sepanjang jalan saya menyimpan kesal karena dia tidak hadir. Namun, saya juga menyadari sepertinya beliau juga kesal karena saya telat memberi ka

Day 3: Memberi Pilihan

Anak-anak meski di mata kita mereka adalah anak-anak namun sejatinya mereka ingin diperlakukan dewasa. Seringkali kita memperlakukan mereka dengan beragam 'pelayanan' atau beragam 'keputusan', padahal jika menengok pada jiwanya, maka yang mereka butuhkan hanyalah sedikit 'kepercayaan' kita. Sebagai orang dewasa, cukuplah kita memberikan sedikit saja kepercayaan untuk mereka secara pribadi memilih dan menentukan apa yang mereka kehendaki. Contoh sederhana di yakni dalam mapping performance untuk suatu event. Biarkan anak-anak yang berdiskusi dan menentukan dimana pilihan mereka. Ramainya diskusi tentu akan ada, biarkan saja, karena begitulah cara mereka dalam mengekspresikan diri. Tinggallah di akhir diskusi, selalu saya selipkan sesi "aliran rasa" dimana masing2 mereka dipersilahkan memberi komentar, baik yang bersifat komplain maupun perubahan. Saya selalu melakukan hal ini pada anak2 saya untuk semua hal, bahkan untuk hal kecil sekalipun, misal p

Day 2: Memberikan Pilihan

Mengajar lbh dari sekedar memberikan ilmu, tetapi jg bagaimana mendidik & menginspirasi. Setiap org pnya karakteristik yg berbeda dalam mendidik. Begitu pula saya, bagi seorang yg sulit marah pada anak seringkali harus pintar-pintar mencari trik Berawal dari banyak keluhan di waktu yg memang sdh seharusnya belajar, maka bagi seorg saya yg tak tega memaksa mereka pun memberikan 3 pilihan: membaca, worksheet, atau free time. Serentak mrka berteriak 'free tiiiiiime" dan bgtu bahagianya mrka ketika saya katakan ya silhkan free time. Sedih sdh pasti krna mrka mengabaikan saya, tp memaksa pun berdampak tdk baik. Akhirnya diambillah jalan kesepakatan, 30 menit free time setelah itu worksheet tanpa boleh bertanya dan bekerja sama. 30 menit pun berlalu, dan mrka komplain ktka saya mmberikan worksheet yang belum kami pelajari. Jawab saya singkat, "you chose to play not study, and you've already dealt with our agreement about the worksheet" (merka pun diam tanpa

Day 1: Mengendalikan Emosi

Dunia anak-anak tidak terlepas dari bermain, bahkan di seluruh pikirannya adalah tentang bermain. Namun, bagi kita yang dewasa bermain pun ada waktu dan batasnya, sehingga dibuatlah aturan dan konsekuensi dalam bermain. Bersama anak-anak murid, kami memiliki aturan hanya hari Jumatlah diperbolehkan membawa mainan ke kelas. Membawa di luar hari tersebut, maka mainan akan disita. Namun di hari Kamis mereka membawa mainan ke kelas, tanpa izin dan di waktu harusnya ujian, saya kaget luar biasa mereka bermain dengan ragam jenis mainan yang dibawa dari rumah, dan ini berlangsung sejak pagi sebelum kelas dimulai. Marah, tentu saja. Saya merasa tak dihargai dengan kesepakatan yang telah kami buat. Namun, sesuai dengan teknik komunikasi produktif maka saya biarkan dahulu mereka main hingga jam belajar tuntas. Hal ini juga menghindari saya mengeluarkan nada tinggi yang tidak seharusnya pada mereka. Sebelum jam kepulangan, saya kumpulkan semua anak. Berdiskusi tentang kesepakatan y

Kunci Sukses Belajar: Memahami Gaya Belajar dan Kesesuaian dengan Design Pembelajaran

Setelah memasuki universitas kehidupan, maka setiap kita sudah memiliki kewajiban untuk belajar dan melatih kemampuan berpikir. Hal tersebut pun harus seiring dengan suatu proses dimana setiap pembelajar mengetahui gaya belajar masing-masing. Tujuannya sederhana, untuk memudahkan setiap pembelajar menerima dan memahami materi yang diberikan. Sehingga ketika sudah ditemukan gaya belajar yang pas, maka design pembelajaran pun akan lebih mudah disusun dan dikembangkan. Di UK, setiap pembelajar dituntut akan hal tersebut yang kelak tak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga sebagai guru bagi anak-anak mereka. Saya sendiri, alhamdulillah sejak dulu sudah diberkahi dengan kemampuan memahami diri sendiri yang cukup baik, terutama dalam bidang belajar dan pembelajaran. Ketika di masa sekolah (SD - SMA) Saya adalah pribadi yang dapat belajar dalam beragam situasi, kondisi, maupun materi. Hampir semua mapel saya sukai dan kuasai ketika itu, sehingga membawa saya menjadi juara kelas d

Kesinambungan Pembelajaran di Universitas Kehidupan

Lebih dari sebuah tempat belajar, universitas kehidupan akan menuntut kita untuk memiliki visi misi belajar yang jelas nan berkesinambungan. Tujuannya satu yakni hanya untuk membuat kita menjadi pribadi yang jelas fokusnya, detail upayanya, serta stabil semangatnya. Sehingga kelak, di akhir masa pembelajaran para pembelajar tersebut mampu memahami diri sendiri dalam menemukan misi spesifik hidup yang tentu saja berbeda antara satu pribadi dengan lainnya. Contoh sederhana setiap pembelejar diharusnya mereview kembali apa yang pernah tertulis di setiap tugas pada setiap pekannya. Berikut uraian dari perjalanan pembelajaran saya: A. Mari kita lihat kembali Nice Homework #1 , apakah sampai hari ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini? Atau setelah merenung beberapa minggu ini, anda ingin mengubah jurusan ilmu yang akan dikuasai? Bagi saya, semuanya masih sama dan masih berkesinambungan. Jurusan parenting dengan  ketegasan dalam penerapan aturan menja

Keluarga, Potensi, dan Sebuah Peradaban

............ Terima kasih cinta, Untuk segala kebahagiaan pun segala kenangan hingga hari ini, Dalam cinta tanpa kata yg selalu kau hadirkan pada jiwa ini... Terima kasih cinta, terima kasih padamu...  Cintaku...  Muhammad Rizal ................ Kalimat di atas merupakan potongan puisi yang dibalut dalam surat cinta untuk dia, suami sekaligus calon ayah dari anak2 yang kelak lahir dan tumbuh sebagai qurrota a'yun dalam bahtera rumah tangga kami. Puisi tersebut diselipkan di antara bunga dan coklat yang diberikan beberapa saat sebelum saya menulis postingan ini. Seperti biasa, dia termasuk personal yang cukup 'datar' sehingga respon yang dihadirkan pun cukup bisa dibilang biasa saja. Mskipun demikian, ucapan terima kasih dan peluk serta cium tak luput dari perhatiannya, dan saya sangat bahagia atas hal itu. Bagi seorang saya yang sudah cukup lama tak lagi menulis untuknya merupakan sebuah pencapaian yang cukup besar, setidaknya ini menjadi titik balik