Langsung ke konten utama

Day 1: Mengendalikan Emosi

Dunia anak-anak tidak terlepas dari bermain, bahkan di seluruh pikirannya adalah tentang bermain. Namun, bagi kita yang dewasa bermain pun ada waktu dan batasnya, sehingga dibuatlah aturan dan konsekuensi dalam bermain.

Bersama anak-anak murid, kami memiliki aturan hanya hari Jumatlah diperbolehkan membawa mainan ke kelas. Membawa di luar hari tersebut, maka mainan akan disita.

Namun di hari Kamis mereka membawa mainan ke kelas, tanpa izin dan di waktu harusnya ujian, saya kaget luar biasa mereka bermain dengan ragam jenis mainan yang dibawa dari rumah, dan ini berlangsung sejak pagi sebelum kelas dimulai.

Marah, tentu saja. Saya merasa tak dihargai dengan kesepakatan yang telah kami buat. Namun, sesuai dengan teknik komunikasi produktif maka saya biarkan dahulu mereka main hingga jam belajar tuntas. Hal ini juga menghindari saya mengeluarkan nada tinggi yang tidak seharusnya pada mereka.

Sebelum jam kepulangan, saya kumpulkan semua anak. Berdiskusi tentang kesepakatan yang ada. 

Diskusi itu berakhir dengan mereka memberikan semua mainan pada saya dan meminta maaf. Tiada nada tinggi maupun intonasi amarah. Namun, akhirnya mereka paham dengan kesalahan yang ada. 

Dari pengalaman ini, hal menarik yang saya pahami adalah tidak selamanya emosi menyelesaikan masalah, malah menambah beban jiwa kita saja. Menguras tenaga dan merusak psikis anak. Maka saya belajar bahwa anak-anak bisa diajak koperatif asal menggunakan marah yang elegan yakni dengan nada, intonasi, dan waktu yang tepat. 

Sehingga kini saya semakin yakin bahwa meluapkan emosi dengan nada dan intonasi tinggi bukanlah satu-satunya solusi mengubah perilaku anak. Jadi, saya pun merubah diri sebagai pribadi yang juga menggunakan perasaan dalam meluapkan emosi pada anak.

#level1
#day1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

  1. kereeen...dan ini hanya terjadi ketika kita benar-,benar serius mempraktikkannya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan 2: Website penunjang kualitas diri "ibupedia.com"

Hari ini adalah hari belajar tentang per-ASI-an bagi saya. Hal ini tentu saja didasari dengan perubahan status sebagai ibu sejak 22 hari yang lalu. Saran dari banyak orang sering kali beragam, maka diperlukan juga waktu bagi diri untuk mencari referensi sendiri. Maka untuk hari saya dan suami menjadi orang tua pembelajar melalui salah satu website bagi banyak orang tua muda yakni  ibupedia.com .  Website tersebut banyak sekali menyajikan info-info terkait dunia kehamilan dan pengasuhan. Disajikan dengan bahasa ringan dan website yang menarik (karena didominasi warna pastel yang saya suka, he'eh) yang tentu saja sangat berguna bagi para orang tua terutama ibu yang sedang menjalani proses kehamilan, karena bahwasannya ada banyak pengetahuan penting tentang mengurus anak sejak hamil, melahirkan, dan setelahnya. Bagi seorang ibu muda yang baru memiliki anak pertama seperti saya, info-info tersebut sangatlah diperlukan. Bagi yang sudah memiliki anak lebih dari satu pun tetap berguna

Bunda, Dalam Untaian Cahaya...

Ku tatap penuh keletihan pada tubuh paruh baya mu, Ku tatap penuh rindu pada raut wajahmu nan mulai berkerut, ku tatap penuh cinta pada punggung tangan mu yang tiada bosan memperkerjakannya, Ku tatap penuh haru pada jiwa mu yang tersimpan retak-retak kehidupan, Dalam ucap, teruntai setiap kasih Dalam tatap, teruntai setiap cinta Dalam peluh, teruntai setiap keikhlasan Dalam hangat, teruntai setiap pengorbanan Pada fajar, teralir air mata Pada mentari, teriring doa Pada surya, tergapai pengharapan Pada gelap, tersimpan keindahan Dengan rintihan, tergambar kepercayaan Dengan amarah, tersampaikan harapan Dengan kelembutan, tercurahkan kehangatan Dengan air mata, teriring kecintaan "Ungkapan yang terkadang tersembunyikan pada seseorang yang terhebat dalam hidup ini, Ibu, dalam setiap peluh mu, kau ajarkan arti sebuah cinta penuh pengorbanan tanpa balas. Terima kasih untuk mu yang tidak pernah berhenti... Nantikan aku di setiap wujud dalam doa mu... Dengan panuh ketulusan, ku sangat me

Day 8: Bintang dalam diri kita

Masih berlanjut tentang bintang dalam diri kita. Untuk bintang ketiga saya ini adalah bintang yang lebih dahulu bersinar dari yang lainnya, meski pada akhirnya kini menjadi bintang yang paling redup karena tertutupi dengan fokus pada kegiatan harian dan segala projeknya. Padahal, jika ditekuni lebih dalam dan serius, maka mungkin saja bisa menjadi tambahan profesi baru saya. Hand-crafting, ya itulah hal yang dapat membuat saya berbinar-binar jika sedang bersamanya. Proses menemukannya paling unik karena saya sendiri kurang begitu mengingat detailnya. Namun cerita dari banyak keluarga, saya mendapatkan gambaran bahwa saya memang sudah menyenangi hal-hal yang sifatnya membutuhkan keahlian tangan sejak kecil. Sepanjang ingatan saya, pelajaran seni, terutama seni rupa, adalah pelajaran yang selalu paling saya suka sejak sekolah dasar. Maka, tak heran jika usia SD saja saya sudah bisa membuat sapu tangan sulam, bahkan beberapa baju seringkali saya modifikasi sendiri, seringnya adalah m