Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Observasi 10

Hari ini saya kembali mengobservasi diri sendiri. Masih sama, bukan untuk mencari tahu tapi lebih pada melihat apakah gaya belajar yang saya punya masih sama. Kali ini, saya menguji diri sendiri dengan mengikuti kuliah dalam dua versi, kulwap dan via you tube. Tekhnik keduanya akan melihat dominan diri saya pada gaya visual atau audiolingual. Singkat cerita, setelah berjam-jam berkutat dengan gadget, kemudian menganalisa diri sendiri, saya berkesimpulan dominansi gaya belajar saya masih sama, yakni pada visual. Sulit bagi saya jika mengikuti kuliah dengan durasi yang tidak sebentar tanpa harus mencatat atau setidaknya ada gambar yang perlu diliat. Meskipun pada dasarnya alhamdulillah saya pun bisa menyesuaikan belajar di tempat berisik, saya lebih menikmati belajar dengan kondisi tekhnik atau metode yang mengarah pada gaya belajar visual. Akhir kata, gaya belajar yang dimiliki saya dan yang alhamdulillah sudah saya ketahui sejak kuliah, masih sama hingga kini. Gaya belajar mungkin

Observasi 9

Hari ini kami membahas "air" di kelas sains. Karena tentang udara, maka saya pun sudah menyiapkan beberapa media di hari sebelumnya. Saya bawakan anak-anak gelas kaca, korek api, dan lilin kecil.  Eksperimen tersebut untuk menunjukkan bukti ilmiah fungsi udara untuk membakar. Jika tidak udara, maka api pun akan mati. Eksperimen ini sudah saya rencanakan untuk memfasilitasi ragam gaya belajar anak-anak saya, visual audio dan kinestetik. Hasilnya, nampak jelas karakter yang bisa ditunjukkan oleh mereka. Bagi anak visual dan audiolingual, mereka akan memperhatikan gerakan saya dengan sangat tenang dan teliti. Sedangkan bagi yang kinestetik, mereka cenderung menikmati berada di dekat-dekat saya dan memegang setiap bahan yang saya bawa. Selain itu, ketika sesi eksperimen selesai, semua bahan yang ada digunakan sesuka mereka secara bergantian. Mereka senang menyalakan korek api, menyalakan lilin, atau pun menutup lilin dengan gelas kaca. Saking antusiasmenya mereka, dengan tetap

Observasi 8

Hari ini observasi saya tidak berfokus hanya pada satu gaya belajar anak, namun mengkombinasikan semuanya. Metode yang saya ambil adalah contextual learning. Metode yang pas dengan topik sains kami hari ini, "in the ground", dengan tekhnik observasi lapangan. Awalnya, saya meminta anak-anak membuat table observasi yang sudah saya buatkan di papan tulis. Saya mengajak anak-anak mengunjungi taman sekolah guna memberikan konteks materi secara langsung. Mereka meneliti apa saja benda yang mereka lihat di sekitaran mereka. Karena masih kelas 2, jadi materi pembahasan pun masih sederhana. Oleh-oleh dari kegiatan ini pun saya mendapatkan ragam jenis batu yang kemudian saya jadikan media belajar di kelas di waktu serta materi yang sama. Dari tekhnik pembelajaran ini, dengan melihat benda secara langsung, diharapkan anak-anak dengan gaya belajar kinestetik dan visual dapat menikmati kegiatan yang ada. Selanjutnya, menulis observasi dengan gambar pun diharapkan memfasilitasi anak-a

Observasi 7

Masih tentang topik yang sama, anak dan gaya belajar. Di hari-hari sebelumnya sudah dilakukan beberapa observasi dengan ragam gaya belajar yang sudah ditentuntukan. Jadi, hari ini dan berikutnya akan terjadi observasi berulang guna menguatkan catatan yang sudah ada. Hari ini, saya berfokus pada kelas tahfizh, dengan metode talaqqi, maka sudah tentu metode talaqqi dominan kelasnya anak-anak audiolingual. Alhamdulillah kami dapat menghapal 4 ayat di pagi lalu murojaah 10 ayat di waktu sholat dhuha dan dzuhur. Alhasil, anak-anak yang memang sebelumnya tercatat berkarakter audiolingual menjadi lebih dominan di kelas tahfizh hari ini. Semakin menambah catatan saya terkait anak-anak tersebut... alhamdulillah membantu saya sebagai guru untuk mengembangkan metode dan tekhnik lebih variatif karena kelas saya pun isinya anak-anak yang beragam karakter belajarnya... 😀 #Tantangan10Hari #Level4 #GayaBelajarAnak #KuliahBunsayIIP

Observasi 6

Hari ini, saya ingin mengenal lebih jauh anak-anak yang berkarakter audilingual dalam gaya belajarnya. Maka, saya gunakanlah tekhnik bercerita di jam pelajaran tahfizh. Karena sifatnya tanpa perencanaan matang, makanya berceritanya pun tanpa media apapun, hanya mengandalkan intonasi suara dan gesture tubuh. Isi ceritanya sederhana, tentang ayat yang sedang kami hapal, yakni al-qiyamah ayat 21 -25. Intinya saya hendak mengisahkan tentang sakaratul maut sesuai makna ayat di dalamnya. Untuk membuat suasana lebih kondusif, maka anak-anak duduk di lantai sedangkan saya di kursi untuk bisa melihat semua anak. Singkat cerita, anak-anak menyimak dengan baik, alhamdulillah. Namun, karena memang pada dasarnya anak-anaknsenang mendengarkan cerita, maka di awal pun anak-anak cukup antusias dan tenang. Namun, seiring jalan tentulah terjadi proses evolusi, hehe. Hanya beberapa anak yang menunjukkan ketertarikan yang sangat baik, dan memproses informasi dengan baik. Beberapa dari mereka itulah ya

Observasi 5

Hari ini kami membahas "water" di kelas sains. Karena tentang air, maka saya pun sudah menyiapkan beberapa media di hari sebelumnya. Saya bawakan anak-anak beberapa gelas serta bahan lain sebagai campuran. Eksperimen tersebut untuk menunjukkan bukti ilmiah sifat air yang jika dicampurkan bahan lain bisa tercampur, tenggelam, atau melayang. Eksperimen ini sudah saya rencanakan untuk memfasilitasi ragam gaya belajar anak-anak saya, visual audio dan kinestetik. Hasilnya, nampak jelas karakter yang bisa ditunjukkan oleh mereka. Bagi anak visual dan audiolingual, mereka akan memperhatikan gerakan saya dengan sangat tenang dan teliti. Sedangkan bagi yang kinestetik, mereka cenderung menikmati berada di dekat-dekat saya dan memegang setiap bahan yang saya bawa. Selain itu, ketika sesi eksperimen selesai, semua bahan yang ada berubah dari awalnya, karena saking antusiasmenya mereka hingga mencampur segala bahan sesuka hati mereka tanpa izin saya terlebih dahulu... 😅 Tapi, alhamd

Observasi 4

Suami menjadi objek observasi saya kali ini. Beberapa hari lebih intens memperhatikannya cara melihat dan menelaah sesuatu yang baru. Sedikit kesimpulan yang bisa saya ambil, beliau adalah pembelajar dengan karakter audiolingual. Hal ini melihat dari caranya dalam kecintaannya mengikuti kajian baik yang langsung maupun via online. Visual menjadi karakternya di urutan kedua, karena beliau senang membaca banyak info maupun berita-berita portal. Selanjutnya, untuk kinestetik saya belum terlalu melihat pada dirinya sejak kami menikah. Namun, tak ada salahnya untuk hari berikutnya mencoba menelaah lebih dalam untuk satu gaya belajar tersebut pada dirinya... 😀 #Tantangan10Hari #Level4 #GayaBelajarAnak #KuliahBunsayIIP

Observasi 3

Alhamdulillah, sebelumnya saya sudah cukup mengenal diri sendiri, termasuk gaya belajar yang sesuai. Namun, hari ini saya menguji diri sendiri untuk tantangan hari ke-3. Hanya untuk memastikan apakah gaya belajar yang dahulu dan sekarang masih sesuai atau sudah berubah 😅 Memasak rendang menjadi pilihan saya dalam observai kali ini. Selain karena stok daging yang ada, pun memasak menjadi yang paling memungkinkan bagi seorang ibu rumah tangga seperti saya. Ini adalah kali kedua saya membuat rendang setelah setahun yang lalu merasa tidak puas dengan percobaan pertama. Maka, berselancar lah saya mencari cara membuat rendang, termasuk tanya teman sana sini. Singkat cerita, tak cukup bagi saya hanya dengan mendengarkan cara membuat rendang dari mereka. Yang saya lakukan adalah mencatatnya di 'note' gadget saya. Jika di cookpad, maka saya pun perlu melihat hasil jadinya. Selanjutnya, tak perlu banyak teori yang saya butuhkan. Saya lebih senang langsung mempraktekan ketimbang

Observasi 2

Pembahasan yang sama, masih tentang hubungan metode mengajar dengan gaya belajar. Kali ini, saya memberikan kesempatan pada teman-teman kecil saya untuk belajar melalui gaya visual. Selain memberikan variasi metode, pun mengenal karakter visual mereka lebih jauh. Bahasa inggris menjadi kelas yang cocok untuk mempraktekannya. Kami menggunakan slide presentasi dan video mengenai materi clothes. Karena medianya video dan slide presentasi, maka sudah tentu penuh warna dan ragam gambar. Berbeda dengan hari kemarin, metode kali ini lebih menantang untuk memgondisikan anak-anak lebih fokus. Tidak semua anak tertarik dengan video yang diputar, pun tidak sedikit pula yang sibuk sendiri ketika slide presentasi ditayangkan. Sebagai guru, tentu saja saya hapal siapa saja anak-anak tersebut. Dari metode yang memang ditujukan untuk mengobservasi anak-anak visual, saya temukan ada beberapa dari mereka yang cukup baik mengikuti pembelajaran, namun dari 23 anak tidak sedikit pula yang perlu mengg

Observasi 1

Menjadi seorang guru tentulah harus banyak ide dalam memberikan teknik dan metode mengajar yang beragam nan efektif. Selain untuk memudahkan mereka memahami materi, pun membantu kita memahami gaya belajar mereka yang tentu saja semakin banyak anak semakin kaya keberagamannya. Seperti hari ini, kami bermain puzzle dengan menggunakan stik es krim di kelas Matematika. Materinya pengurangan bilangan hingga 100. Bagi anak-anak kelas dua, diperlukan banyak stimulus warna dan gerak karena kecenderungan sedikitnya durasi fokus mereka. Alhamdulillah, selama proses bermain anak-anak nampak ceria sekali. Bahkan sangat keliatan kompetisi di antara masing-masing grup. Kebahagiaan mereka nampaklah sempurna ketika mereka berhasil menyelesaikan projek yang diberikan. Saya, sebagai gurunya, sudah tentu ikut bahagia. Projek ini sengaja saya buat dengan kerja tim berpasangan, jadi masing-masing menyelesaikannya dengan teman sebangku. Alhasil, saya melihat kecenderungan anak-anak murid saya dominan