Hari ini kami ada acara buka bersama dengan para murid dan orang tua (saya seorang guru). Dari hari-hari sebelum hari ini sudah saya sampaikan pada suami terkait undangan tersebut. Karena ini juga merupakan acara perpisahan kelas, meski belum pembagian raport, tentu saya tak ingin melewatkan acara tersebut.
Seperti biasa, suami saya bukanlah pribadi yang berkarakter ekspresif, jadi respon dia masih saya anggap abu-abu antara akan datang dan tidak. Sehingga saya pun berangkat dari rumah sendiri, suami sedang di luar ada kegiatan juga.
Ketika sudah berkumpul, reflek saya melupakan handphone saya. Dan ketika pukul 6 menjelang maghrb saya baru ngeh belum memberikan alamat rumah tempat bukber, sedangkan di call logs tertanda telpon masuk dari suami 3 kali.
Singkat cerita, suami tidak datang ke acara bukber, namun tetap menjemput saya pulang. Sepanjang jalan saya menyimpan kesal karena dia tidak hadir. Namun, saya juga menyadari sepertinya beliau juga kesal karena saya telat memberi kabar.
Betullah ketika sampai di rumah dan kami bersiap tidur, saya membuka percakapan. Dengan tekhnik clear and clarify terciptalah obrolan yang saling terbuka dan bersahabat. Kami saling menyimpan kesal tapi berakhir ketawa-ketawa juga (alhamdulillah dari awal nikah, komunikasi kami memang cukup baik).
Tidak biasanya saya membuka kesalahan saya lebih dulu (maklumlah faktor gender 😅), namun teringat dengan tantangan 10 hari IIP jadi saya pun mempraktekannya. Dan betullah keajaiban itu terjadi, setidaknya hari ini menjadi awal sejarah suami saya menceritakan dan menamain perasaannya. Dampaknya, yang paling keliatan tentu hati kami saling memaafkan dan melegakan.
Ke depannya, saya jadi lebih memahami apa yang seharusnya saya lakukan. Singkat kata, teknik yang sederhana jika dilakukan dengan serius maka dampaknya pun akan menakjubkan sebagaimana yang saya rasakan hari ini.
Teknik clear and clarify, dimana jiwa-jiwa pribadi dewasa saling memahami satu sama lain tanpa sekat.
Hai kawan, selamat mencoba... 😊
BSD,
Ahad, 040717
Seperti biasa, suami saya bukanlah pribadi yang berkarakter ekspresif, jadi respon dia masih saya anggap abu-abu antara akan datang dan tidak. Sehingga saya pun berangkat dari rumah sendiri, suami sedang di luar ada kegiatan juga.
Ketika sudah berkumpul, reflek saya melupakan handphone saya. Dan ketika pukul 6 menjelang maghrb saya baru ngeh belum memberikan alamat rumah tempat bukber, sedangkan di call logs tertanda telpon masuk dari suami 3 kali.
Singkat cerita, suami tidak datang ke acara bukber, namun tetap menjemput saya pulang. Sepanjang jalan saya menyimpan kesal karena dia tidak hadir. Namun, saya juga menyadari sepertinya beliau juga kesal karena saya telat memberi kabar.
Betullah ketika sampai di rumah dan kami bersiap tidur, saya membuka percakapan. Dengan tekhnik clear and clarify terciptalah obrolan yang saling terbuka dan bersahabat. Kami saling menyimpan kesal tapi berakhir ketawa-ketawa juga (alhamdulillah dari awal nikah, komunikasi kami memang cukup baik).
Tidak biasanya saya membuka kesalahan saya lebih dulu (maklumlah faktor gender 😅), namun teringat dengan tantangan 10 hari IIP jadi saya pun mempraktekannya. Dan betullah keajaiban itu terjadi, setidaknya hari ini menjadi awal sejarah suami saya menceritakan dan menamain perasaannya. Dampaknya, yang paling keliatan tentu hati kami saling memaafkan dan melegakan.
Ke depannya, saya jadi lebih memahami apa yang seharusnya saya lakukan. Singkat kata, teknik yang sederhana jika dilakukan dengan serius maka dampaknya pun akan menakjubkan sebagaimana yang saya rasakan hari ini.
Teknik clear and clarify, dimana jiwa-jiwa pribadi dewasa saling memahami satu sama lain tanpa sekat.
Hai kawan, selamat mencoba... 😊
BSD,
Ahad, 040717
#level1
#day4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Komentar
Posting Komentar