Mengajar lbh dari sekedar memberikan ilmu, tetapi jg bagaimana mendidik & menginspirasi.
Setiap org pnya karakteristik yg berbeda dalam mendidik. Begitu pula saya, bagi seorang yg sulit marah pada anak seringkali harus pintar-pintar mencari trik
Berawal dari banyak keluhan di waktu yg memang sdh seharusnya belajar, maka bagi seorg saya yg tak tega memaksa mereka pun memberikan 3 pilihan: membaca, worksheet, atau free time.
Serentak mrka berteriak 'free tiiiiiime" dan bgtu bahagianya mrka ketika saya katakan ya silhkan free time. Sedih sdh pasti krna mrka mengabaikan saya, tp memaksa pun berdampak tdk baik. Akhirnya diambillah jalan kesepakatan, 30 menit free time setelah itu worksheet tanpa boleh bertanya dan bekerja sama.
30 menit pun berlalu, dan mrka komplain ktka saya mmberikan worksheet yang belum kami pelajari. Jawab saya singkat, "you chose to play not study, and you've already dealt with our agreement about the worksheet" (merka pun diam tanpa komplain lagi). Bingung, kesel, ngambek... Begitulah respon mereka. Bahkan ada yg putus asa hingga mengosokan jawaban dan merobek kertasnya.
Tak biasanya, saya pun membiarkan mereka mengoreksi & menilai worksheet mrka sendiri. Alhasil, dari 26 poin tak lebih dari 15 poin nilai tertingginya, padahal soalnya sangat mudah dan saya ktkan jika beljar hanya butuh waktu tdk lebih dari 5' untuk menjelaskan.
Saya menutup kelas itu dgn sebuah pertanyaan, "What have you studied today during our science class???" Dan tanpa saya pandu beberapa anak menjawab serempak "We need to think twice or Berpikir matang2 sebelum bertindak karena setiap pilihan ada konsekuensinya."
Alhmdllh, inilah maksud dr kesepakatan yg kami lakukan. Biarkan mereka memilih, dan lihatlah apa yang kelak mereka akan dapatkan. Emosi kita sebagai guru terjaga (tanpa omelan, tanpa nada tinggi, hati tetap tenang), dan anak2 pun akan belajar dengan sendirinya tentang sebuah nilai berdasarkan pengalaman mrka secara langsung.
Anak2 P4 F, brsama mereka saya temukan bnyak keajaiban mnjadi seorang guru. Salah satunya bahwa betullah memang mendidik itu *bukanlah tentang meninggikan nada, tetapi lebih pada menderaskan makna*. Sabar, itulah kunci utamanya...
Setiap org pnya karakteristik yg berbeda dalam mendidik. Begitu pula saya, bagi seorang yg sulit marah pada anak seringkali harus pintar-pintar mencari trik
Berawal dari banyak keluhan di waktu yg memang sdh seharusnya belajar, maka bagi seorg saya yg tak tega memaksa mereka pun memberikan 3 pilihan: membaca, worksheet, atau free time.
Serentak mrka berteriak 'free tiiiiiime" dan bgtu bahagianya mrka ketika saya katakan ya silhkan free time. Sedih sdh pasti krna mrka mengabaikan saya, tp memaksa pun berdampak tdk baik. Akhirnya diambillah jalan kesepakatan, 30 menit free time setelah itu worksheet tanpa boleh bertanya dan bekerja sama.
30 menit pun berlalu, dan mrka komplain ktka saya mmberikan worksheet yang belum kami pelajari. Jawab saya singkat, "you chose to play not study, and you've already dealt with our agreement about the worksheet" (merka pun diam tanpa komplain lagi). Bingung, kesel, ngambek... Begitulah respon mereka. Bahkan ada yg putus asa hingga mengosokan jawaban dan merobek kertasnya.
Tak biasanya, saya pun membiarkan mereka mengoreksi & menilai worksheet mrka sendiri. Alhasil, dari 26 poin tak lebih dari 15 poin nilai tertingginya, padahal soalnya sangat mudah dan saya ktkan jika beljar hanya butuh waktu tdk lebih dari 5' untuk menjelaskan.
Saya menutup kelas itu dgn sebuah pertanyaan, "What have you studied today during our science class???" Dan tanpa saya pandu beberapa anak menjawab serempak "We need to think twice or Berpikir matang2 sebelum bertindak karena setiap pilihan ada konsekuensinya."
Alhmdllh, inilah maksud dr kesepakatan yg kami lakukan. Biarkan mereka memilih, dan lihatlah apa yang kelak mereka akan dapatkan. Emosi kita sebagai guru terjaga (tanpa omelan, tanpa nada tinggi, hati tetap tenang), dan anak2 pun akan belajar dengan sendirinya tentang sebuah nilai berdasarkan pengalaman mrka secara langsung.
Anak2 P4 F, brsama mereka saya temukan bnyak keajaiban mnjadi seorang guru. Salah satunya bahwa betullah memang mendidik itu *bukanlah tentang meninggikan nada, tetapi lebih pada menderaskan makna*. Sabar, itulah kunci utamanya...
#level1
#day2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
Komentar
Posting Komentar