Langsung ke konten utama

Keluarga, Potensi, dan Sebuah Peradaban

............

Terima kasih cinta,
Untuk segala kebahagiaan pun segala kenangan hingga hari ini,
Dalam cinta tanpa kata yg selalu kau hadirkan pada jiwa ini...

Terima kasih cinta,
terima kasih padamu... 
Cintaku... 
Muhammad Rizal
................

Kalimat di atas merupakan potongan puisi yang dibalut dalam surat cinta untuk dia, suami sekaligus calon ayah dari anak2 yang kelak lahir dan tumbuh sebagai qurrota a'yun dalam bahtera rumah tangga kami. Puisi tersebut diselipkan di antara bunga dan coklat yang diberikan beberapa saat sebelum saya menulis postingan ini. Seperti biasa, dia termasuk personal yang cukup 'datar' sehingga respon yang dihadirkan pun cukup bisa dibilang biasa saja. Mskipun demikian, ucapan terima kasih dan peluk serta cium tak luput dari perhatiannya, dan saya sangat bahagia atas hal itu.

Bagi seorang saya yang sudah cukup lama tak lagi menulis untuknya merupakan sebuah pencapaian yang cukup besar, setidaknya ini menjadi titik balik untuk kami mengingat masa2 sebelum hari ini dimana ketika itu kesibukan tak jauh melebihi kebersamaan kami. Maka tak heran jika baik saya maupun suami menjadi haru ketika akhirnya puisi itu kembali hadir di tengah2 kami. Dan sang penerima surat pun berjanji kelak akan membalasnya, meski entah kapan saat itu terjadi tapi setidaknya cukup menjanjikan bagi saya... He'eh...

Setahun sudah kami menikah namun Allah masih memberikan kami waktu untuk lebih lama lagi belajar mengumpulkan bekal menjadi orang tua yang baik. Alhamdulillah kami tetap bersyukur atas apapun keputusan Nya, namun perbincangan seputar anak pun tak luput dari perhatian kami. Ya anak anak yang kelak menjadi tabungan kami di akhirat nanti.

Mereka yang masing-masingnya memiliki potensi unik nan beragam. Mereka yang satu diantaranya memiliki kekuatan verbal yang sangat baik, lalu yang lainnya berbekal kemampuan matematis yang mencengangkan, lalu dia yang sangat luar biasa cepat dalam bidang hapalan. Potensi yang selalu menjadikan mereka anak-anak istimewa yang tak hanya baik di bidang akademis namun juga berakhlak baik pada sesama. Pun, mereka yang dekat pada Rabbnya, serta akrab pada firman Nya dan cinta pada Rasul Nya...

Alhamdulillah 'alaa kulli haal, terutama pada anugerah Nya yang berwujud seorang imam. Dia yang bersamanya saya menjadi diri sendiri, pun yang bersamanya saya tetap dapat berkarya mewujudkan segala mimpi. Dia pula yang tanpa khawatir sedikitpun akan tersaingi kemampuannya, hingga tak pernah ada hijab untuk saya berkarir dimana saja.

Sebagai seorang yang mencintai dunia literasi, saya memiliki kemampuan verbal dan menulis yang cukup baik. Sehingga tak heran baginya jika saya bisa berlama-lama di depan gadget untuk menuangkan segala ide. Terutama jika sudah di dekat-dekat deadline pengumpulan berkas beasiswa, hingga bisa tengah malam dia menahan kantuk hanya untuk menemani saya menyelesaikan banyak essay.

Kecintaan pada dunia pendidikan dan anak-anak pun membuat saya menjadi pribadi dengan daya kreatifitas dan kesabaran yang juga cukup baik. Hal ini menjadikan saya bahagia karena dapat memberikan banyak masukan kepada teman-teman yang seringkali bingung menghadapi ragam kondisi kelas dalam karir keguruan mereka.

Segala potensi tersebut, tak ada maknanya tanpa mereka, keluarga saya, yang sejatinya merekalah pioner-pioner hebat yang dengan jiwa besarnya merelakan saya berkembang sesuai dengan potensi yang ada tanpa intervensi secara berlebihan.

Lingkungan yang kini kami tempati pun alhamdulillah merupakan tempat yang tak ada koreksi dari kami. Dimana kami diberkahi dengan teman-teman yang bersama mereka kami dapat mewujudkan visi misi menjadi pribadi yang baik dalam hablum minannas dan hablum minallah. Meski tentu beragam aral rintang bergantian menemani, namun justru hal tersebutlah yang membuat kami menjadi kaya akan pengalaman dan pembelajaran untuk kelak ke depannya dapat kami bagi pada lebih banyak orang.

Akhir kata, dari setiap anugrah potensi dan keluarga yang ada... Jika benar-benar diberdayakan dengan sangat baik, maka membangun peradaban dari rumah bukan lagi menjadi sebuah mimpi, namun asa yang sejatinya setiap orang berhak miliki dan wujudkan. Karena betullah adanya bahwa membangun sebuah peradaban yang besar harus dimulai dari hal yang terkecil, yakni dari peradaban di rumah...

Semoga rumah-rumah yang berperadaban tersebut adalah rumah kita semua, dan jiwa-jiwa yang beradab tersebut adalah kita serta suami dan anak-anak kita...
Allahumma aamiin


With Love,

Poppi Rosepti
Sat, 110217, menjelang waktu Ashar

*NHW #3 _ Membangun Peradaban dari Rumah*
(Artikel ini akan terus bersambung seiring NHW di setiap pekannya)
IIP Matrikulasi Batch 3, regional Tangsel

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan 2: Website penunjang kualitas diri "ibupedia.com"

Hari ini adalah hari belajar tentang per-ASI-an bagi saya. Hal ini tentu saja didasari dengan perubahan status sebagai ibu sejak 22 hari yang lalu. Saran dari banyak orang sering kali beragam, maka diperlukan juga waktu bagi diri untuk mencari referensi sendiri. Maka untuk hari saya dan suami menjadi orang tua pembelajar melalui salah satu website bagi banyak orang tua muda yakni  ibupedia.com .  Website tersebut banyak sekali menyajikan info-info terkait dunia kehamilan dan pengasuhan. Disajikan dengan bahasa ringan dan website yang menarik (karena didominasi warna pastel yang saya suka, he'eh) yang tentu saja sangat berguna bagi para orang tua terutama ibu yang sedang menjalani proses kehamilan, karena bahwasannya ada banyak pengetahuan penting tentang mengurus anak sejak hamil, melahirkan, dan setelahnya. Bagi seorang ibu muda yang baru memiliki anak pertama seperti saya, info-info tersebut sangatlah diperlukan. Bagi yang sudah memiliki anak lebih dari satu pun tetap berguna

Bunda, Dalam Untaian Cahaya...

Ku tatap penuh keletihan pada tubuh paruh baya mu, Ku tatap penuh rindu pada raut wajahmu nan mulai berkerut, ku tatap penuh cinta pada punggung tangan mu yang tiada bosan memperkerjakannya, Ku tatap penuh haru pada jiwa mu yang tersimpan retak-retak kehidupan, Dalam ucap, teruntai setiap kasih Dalam tatap, teruntai setiap cinta Dalam peluh, teruntai setiap keikhlasan Dalam hangat, teruntai setiap pengorbanan Pada fajar, teralir air mata Pada mentari, teriring doa Pada surya, tergapai pengharapan Pada gelap, tersimpan keindahan Dengan rintihan, tergambar kepercayaan Dengan amarah, tersampaikan harapan Dengan kelembutan, tercurahkan kehangatan Dengan air mata, teriring kecintaan "Ungkapan yang terkadang tersembunyikan pada seseorang yang terhebat dalam hidup ini, Ibu, dalam setiap peluh mu, kau ajarkan arti sebuah cinta penuh pengorbanan tanpa balas. Terima kasih untuk mu yang tidak pernah berhenti... Nantikan aku di setiap wujud dalam doa mu... Dengan panuh ketulusan, ku sangat me

Day 8: Bintang dalam diri kita

Masih berlanjut tentang bintang dalam diri kita. Untuk bintang ketiga saya ini adalah bintang yang lebih dahulu bersinar dari yang lainnya, meski pada akhirnya kini menjadi bintang yang paling redup karena tertutupi dengan fokus pada kegiatan harian dan segala projeknya. Padahal, jika ditekuni lebih dalam dan serius, maka mungkin saja bisa menjadi tambahan profesi baru saya. Hand-crafting, ya itulah hal yang dapat membuat saya berbinar-binar jika sedang bersamanya. Proses menemukannya paling unik karena saya sendiri kurang begitu mengingat detailnya. Namun cerita dari banyak keluarga, saya mendapatkan gambaran bahwa saya memang sudah menyenangi hal-hal yang sifatnya membutuhkan keahlian tangan sejak kecil. Sepanjang ingatan saya, pelajaran seni, terutama seni rupa, adalah pelajaran yang selalu paling saya suka sejak sekolah dasar. Maka, tak heran jika usia SD saja saya sudah bisa membuat sapu tangan sulam, bahkan beberapa baju seringkali saya modifikasi sendiri, seringnya adalah m