Setelah memasuki universitas kehidupan, maka setiap kita sudah memiliki kewajiban untuk belajar dan melatih kemampuan berpikir. Hal tersebut pun harus seiring dengan suatu proses dimana setiap pembelajar mengetahui gaya belajar masing-masing. Tujuannya sederhana, untuk memudahkan setiap pembelajar menerima dan memahami materi yang diberikan. Sehingga ketika sudah ditemukan gaya belajar yang pas, maka design pembelajaran pun akan lebih mudah disusun dan dikembangkan. Di UK, setiap pembelajar dituntut akan hal tersebut yang kelak tak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tetapi juga sebagai guru bagi anak-anak mereka.
Saya sendiri, alhamdulillah sejak dulu sudah diberkahi dengan kemampuan memahami diri sendiri yang cukup baik, terutama dalam bidang belajar dan pembelajaran. Ketika di masa sekolah (SD - SMA) Saya adalah pribadi yang dapat belajar dalam beragam situasi, kondisi, maupun materi. Hampir semua mapel saya sukai dan kuasai ketika itu, sehingga membawa saya menjadi juara kelas di setiap semesternya. Bukan karena saya hebat, tetapi lebih pada motivasi belajar saya yang cukup baik meski fasilitas maupun kehadiran guru yang kurang maksimal mendukung. Motivasi tersebut yang juga membawa saya pada kemampuan autonomous learning.
Berlanjut pada tingkat kuliah, saya menjadi lebih pemilih. Hanya materi-materi yang berkaitan dengan jurusan saya lah yang akan saya tekuni lebih dalam. Hal ini memang seiring dengan tujuan hidup saya untuk memfokuskan satu bidang untuk menjadi ahli di dalamnya. Namun, terkait gaya belajar, masih sama saja, saya pembelajar dengan gaya belajar yang fleksibel. Gaya belajar visual, audio, maupun kinestetik menjadi milik saya semua. Karena saya menyukai banyak coretan warna di buku catatan saya, saya pun pengingat yang baik meski hanya mendengarkan guru tanpa mencatat (bahkan saya cenderung malas mencatat), dan saya juga termasuk pribadi yang harus banyak praktek dan berkegiatan. Menghapal dalam kebisingan bukanlah masalah bagi saya, belajar tanpa praktek pun masih aman untuk saya, bahkan jika diberikan notebook di suatu seminar pun saya gunakan untuk menggambar atau mencatat materi dengan beragam warna tinta dan variasi huruf.
Karena gaya belajar yang fleksibel, maka design pembelajaran saya pun juga fleksibel. Metode ceramah ok, dengan presentasi dan diskusi pun dijalani dengan baik, tugas sendiri maupun berkelompok juga tak ada masalah. Sangat jarang saya temukan keluhan maupun kesulitan selama pengalaman belajar saya. Kalaupun ada, seringkali itu tentang prosentase kehadiran guru yang masih bisa saya tangani dengan membaca banyak sumber maupun praktek berdasarkan kemauan diri sendiri. Fleksibiltas tersebutlah yang juga membawa saya dalam pribadi yang juga fleksibel dalam jenis ujian yang dihadapi, baik tulis, naskah, maupun lisan. Saya menyenangi kesemuanya.
Namun demikian, saya memiliki acuan utama dalam design pembelajaran selama pengalaman belajar selepas tingkat universitas hingga kini (karena indikator yang berbeda jadi design pembelajaran pun berbeda). Design ini saya buat sendiri dan dirangkum dalam 5P1K, yakni:
P: pahami diri sendiri dan gaya belajar
Sejak dahulu, saya suka kegiatan membaca dan menulis. Sedangkan gaya belajar bisa dilakukan dengan beragam baik visual, audio, maupun kinestetik.
P: pelajari sesuai minat
Minat sangatlah penting untuk selalu menstabilkan dan meningkatkan semangat belajar. Minat saya belumlah berubah, menjadi ahli di bidang pengajaran & pendidikan anak. Jadi selama ini, materi terkait parenting dan teaching selalu membuat saya bisa menekuninya hingga berlama-lama (the power of interest).
P: pembelajaran bersamaan dgn praktek
Ilmu haruslah sejalan dengan praktek untuk mengikat ilmu tersebut lebih dalam. Karena minat yang saya ambil sangatlah familiar dengan aktifitas sehari-hari, maka laboratorium praktek saya ada di kelas bersama murid juga di rumah bersama keponakan dan kelak anak-anak sendiri di rumah.
P: periksa ceklis indikator perkembangan
Ceklis indikator atau bisa juga disebut dengan target pencapaian kita akan menjadi guideline untuk meningkatkan kompetensi diri sesuai minat dan harapan.
P: perbaiki kesalahan & kekurangan diri
Kesalahan dan kekurangan adalah sahabat sejati dalam pembelajaran. Apalgi di bidang parenting yang seringkali saya melanggar rules parenting yang pernah dipelajari. Dari ceklis indikator, akan kita temukan kesalahan dan kekurangan diri untuk kedepannya diperbaiki dan disempurnakan.
K: konsisten dalam perubahan baik
Jika sudah mendapati kesalahan, maka saya tak akan segan mencatat dan mengingatkan untuk kemudian di share pada teman lain, pun kembali diterapkan dalam laboratorium praktek saya.
Singkatnya, saya pribadi tidak memiliki design pembelajaran yang khusus bagi hidup saya, namun 5P1K di atas adalah buatan saya sendiri yang diambil dari pengalaman pembelajaran saya selama ini setelah lepas dari status mahasiswa. Dengan ragam gaya belajar dan design pembelajaran yang diterapkan selama ini, justru dari hal tersebut menjadi bekal saya dalam mendesign pembelajaran sebagai seorang guru dan kelak pada anak-anak saya dalam mengembangkan kompetensi diri mereka berdasarkan keunikan dan karakteristik belajar masing-masing.
Akhir kata, memahami karakteristik belajar sangatlah penting, supaya memudahkan setiap pembelajar membuat design pembelajaran yang sesuai sehingga lebih mudah menerima dan mempraktekan materi yang sedang dipelajari.
Semoga, pembelajar yang kompeten tersebut adalah kita, baik dalam merancang design pembelajaran untuk diri sendiri maupun untuk anak-anak kita guna memaksimalkan potensi mereka di ranah pendidikan rumah sejak dini. Sehingga tujuan utama pendidikan untuk meninggikan gunung bukan meratakan lembah mudah tercapai, yang pada tahap selanjutnya pun dapat membawa mereka menjadi anak-anak terbaik kita yang tidak hanya baik secara akademis tetapi juga memiliki nilai lebih yang membedakan mereka dengan yang lain...
Allahumma aamiin.
With Love,
Poppi Rosepti
Bsd, 250217, 13.44
*NHW #5_Learning How to Learn*
(Artikel ini akan terus bersambung seiring NHW di setiap pekannya)
IIP Matrikulasi Batch 3, regional Tangsel
Saya sendiri, alhamdulillah sejak dulu sudah diberkahi dengan kemampuan memahami diri sendiri yang cukup baik, terutama dalam bidang belajar dan pembelajaran. Ketika di masa sekolah (SD - SMA) Saya adalah pribadi yang dapat belajar dalam beragam situasi, kondisi, maupun materi. Hampir semua mapel saya sukai dan kuasai ketika itu, sehingga membawa saya menjadi juara kelas di setiap semesternya. Bukan karena saya hebat, tetapi lebih pada motivasi belajar saya yang cukup baik meski fasilitas maupun kehadiran guru yang kurang maksimal mendukung. Motivasi tersebut yang juga membawa saya pada kemampuan autonomous learning.
Berlanjut pada tingkat kuliah, saya menjadi lebih pemilih. Hanya materi-materi yang berkaitan dengan jurusan saya lah yang akan saya tekuni lebih dalam. Hal ini memang seiring dengan tujuan hidup saya untuk memfokuskan satu bidang untuk menjadi ahli di dalamnya. Namun, terkait gaya belajar, masih sama saja, saya pembelajar dengan gaya belajar yang fleksibel. Gaya belajar visual, audio, maupun kinestetik menjadi milik saya semua. Karena saya menyukai banyak coretan warna di buku catatan saya, saya pun pengingat yang baik meski hanya mendengarkan guru tanpa mencatat (bahkan saya cenderung malas mencatat), dan saya juga termasuk pribadi yang harus banyak praktek dan berkegiatan. Menghapal dalam kebisingan bukanlah masalah bagi saya, belajar tanpa praktek pun masih aman untuk saya, bahkan jika diberikan notebook di suatu seminar pun saya gunakan untuk menggambar atau mencatat materi dengan beragam warna tinta dan variasi huruf.
Karena gaya belajar yang fleksibel, maka design pembelajaran saya pun juga fleksibel. Metode ceramah ok, dengan presentasi dan diskusi pun dijalani dengan baik, tugas sendiri maupun berkelompok juga tak ada masalah. Sangat jarang saya temukan keluhan maupun kesulitan selama pengalaman belajar saya. Kalaupun ada, seringkali itu tentang prosentase kehadiran guru yang masih bisa saya tangani dengan membaca banyak sumber maupun praktek berdasarkan kemauan diri sendiri. Fleksibiltas tersebutlah yang juga membawa saya dalam pribadi yang juga fleksibel dalam jenis ujian yang dihadapi, baik tulis, naskah, maupun lisan. Saya menyenangi kesemuanya.
Namun demikian, saya memiliki acuan utama dalam design pembelajaran selama pengalaman belajar selepas tingkat universitas hingga kini (karena indikator yang berbeda jadi design pembelajaran pun berbeda). Design ini saya buat sendiri dan dirangkum dalam 5P1K, yakni:
P: pahami diri sendiri dan gaya belajar
Sejak dahulu, saya suka kegiatan membaca dan menulis. Sedangkan gaya belajar bisa dilakukan dengan beragam baik visual, audio, maupun kinestetik.
P: pelajari sesuai minat
Minat sangatlah penting untuk selalu menstabilkan dan meningkatkan semangat belajar. Minat saya belumlah berubah, menjadi ahli di bidang pengajaran & pendidikan anak. Jadi selama ini, materi terkait parenting dan teaching selalu membuat saya bisa menekuninya hingga berlama-lama (the power of interest).
P: pembelajaran bersamaan dgn praktek
Ilmu haruslah sejalan dengan praktek untuk mengikat ilmu tersebut lebih dalam. Karena minat yang saya ambil sangatlah familiar dengan aktifitas sehari-hari, maka laboratorium praktek saya ada di kelas bersama murid juga di rumah bersama keponakan dan kelak anak-anak sendiri di rumah.
P: periksa ceklis indikator perkembangan
Ceklis indikator atau bisa juga disebut dengan target pencapaian kita akan menjadi guideline untuk meningkatkan kompetensi diri sesuai minat dan harapan.
P: perbaiki kesalahan & kekurangan diri
Kesalahan dan kekurangan adalah sahabat sejati dalam pembelajaran. Apalgi di bidang parenting yang seringkali saya melanggar rules parenting yang pernah dipelajari. Dari ceklis indikator, akan kita temukan kesalahan dan kekurangan diri untuk kedepannya diperbaiki dan disempurnakan.
K: konsisten dalam perubahan baik
Jika sudah mendapati kesalahan, maka saya tak akan segan mencatat dan mengingatkan untuk kemudian di share pada teman lain, pun kembali diterapkan dalam laboratorium praktek saya.
Singkatnya, saya pribadi tidak memiliki design pembelajaran yang khusus bagi hidup saya, namun 5P1K di atas adalah buatan saya sendiri yang diambil dari pengalaman pembelajaran saya selama ini setelah lepas dari status mahasiswa. Dengan ragam gaya belajar dan design pembelajaran yang diterapkan selama ini, justru dari hal tersebut menjadi bekal saya dalam mendesign pembelajaran sebagai seorang guru dan kelak pada anak-anak saya dalam mengembangkan kompetensi diri mereka berdasarkan keunikan dan karakteristik belajar masing-masing.
Akhir kata, memahami karakteristik belajar sangatlah penting, supaya memudahkan setiap pembelajar membuat design pembelajaran yang sesuai sehingga lebih mudah menerima dan mempraktekan materi yang sedang dipelajari.
Semoga, pembelajar yang kompeten tersebut adalah kita, baik dalam merancang design pembelajaran untuk diri sendiri maupun untuk anak-anak kita guna memaksimalkan potensi mereka di ranah pendidikan rumah sejak dini. Sehingga tujuan utama pendidikan untuk meninggikan gunung bukan meratakan lembah mudah tercapai, yang pada tahap selanjutnya pun dapat membawa mereka menjadi anak-anak terbaik kita yang tidak hanya baik secara akademis tetapi juga memiliki nilai lebih yang membedakan mereka dengan yang lain...
Allahumma aamiin.
With Love,
Poppi Rosepti
Bsd, 250217, 13.44
*NHW #5_Learning How to Learn*
(Artikel ini akan terus bersambung seiring NHW di setiap pekannya)
IIP Matrikulasi Batch 3, regional Tangsel
Komentar
Posting Komentar