Langsung ke konten utama

Day 2: Bintang di sekitar kita

Bintang yang bersinar itu adalah ketika deretan ragam kata berhasil diuntaikan. Bintang tersebut selalu ada meski cahayanya perlahan semakin meredup, namun tetap bersyukur karena setidaknya bintang yang saya punya sudah nampak.

Sejatinya, menemukan bintang diri memerlukan proses. Proses yang tidak sebentar karena kejelian mata dan hati yang berperan penting. Saya pribadi, alhamdulillah dikaruniai dengan kebersamaan bintang sejak SMA, yang jika ditelisik lebih jauh sudah berlangsung sejak kecil dan terus bertambah di masa SMP.

Hobi membaca Alhamdulillah sudah tertanam sejak kecil. Bahkan menjadi kenangan yang unik ketika mengingat masa sekolah yang seringkali meminjam buku perpustakaan diam-diam karena diberikan batas maksimal buku peminjaman. Bagi saya yang bisa menghabiskan buku dengan ukuran halaman sedang dalam beberapa jam tentulah tidak puas untuk batasan tersebut, apalagi ketika menjelang weekend.

Singkat cerita, beranjak SMA ketertarikan saya dengan dunia literasi semakin bertambah. Memiliki guru yang seorang penulis pun memicu saya untuk juga tumbuh sebagai penulis. Dari situlah dimulai perjuangan saya berlatih menulis. Buku diary jarang sekali habis dalam sebulan, biasanya tiap pekan saya memerlukan buku baru untuk kembali menulis, apa pun jenisnya, termasuk curhat cerita cinta masa remaja, he'eh.

Selain rutin menulis diary, saya pun menulis draft naskah fiksi dan non-fiksi. Naskah yang sudah rampung saya kirim ke penerbit melalui pos. Ketika zaman sekolah, selalu berujung dengan penolakan, namun herannya tak sedikit pun terbesit rasa kapok dalam diri saya. Bahkan, lomba-lomba karya tulis ilmiah pun rutin saya ikuti, alhamdulillah untuk yang satu ini tak jarang membuahkan piagam dan piala ketika pulang. Ketertarikan dengan dunia literasi ini lah yang juga akhirnya membuat saya menjadi penulis artikel tetap di buletin bulanan sekolah. Tanpa bayaran, namun bangga dan bahagianya sangat luar biasa ketika tulisan-tulisan tersebut bisa dibaca banyak orang.

Hingga masuk masa kuliah, saya masih tetap konsisten menulis, bahkan berujung mou dengan penerbit. Berkumpul dengan komunitas penulis adalah hal yang sangat luar biasa yang semakin memicu terangnya cahaya bintang saya. Namun, cahaya tersebut mulai meredup ketika tumpukan tugas pekerjaan yang selalu menuntut setiap harinya, apalagi menjelang deadline. Saya seorang guru, tak ada maksud mengabaikan bintang saya, namun bagi lulusan yang baru bekerja maka totalitas pun saya lakukan, sehingga setiap harinya saya disibukkan dengan mencari cara-cara menemukan bintang para murid saya.

Hingga kini hal tersebut masih berlangsung. Namun, kecintaan dengan dunia menulis tidak pernah pupus. Kelak, saya yakin akan ada masanya saya kembali intens menulis dan membuahkan kembali karya buku yang in syaa Allah bisa bermanfaat untuk banyak orang. Bismillah...


#Tantangan10Hari
#Level7
#KuliahBunsayIIP
#BintangKeluarga

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan 2: Website penunjang kualitas diri "ibupedia.com"

Hari ini adalah hari belajar tentang per-ASI-an bagi saya. Hal ini tentu saja didasari dengan perubahan status sebagai ibu sejak 22 hari yang lalu. Saran dari banyak orang sering kali beragam, maka diperlukan juga waktu bagi diri untuk mencari referensi sendiri. Maka untuk hari saya dan suami menjadi orang tua pembelajar melalui salah satu website bagi banyak orang tua muda yakni  ibupedia.com .  Website tersebut banyak sekali menyajikan info-info terkait dunia kehamilan dan pengasuhan. Disajikan dengan bahasa ringan dan website yang menarik (karena didominasi warna pastel yang saya suka, he'eh) yang tentu saja sangat berguna bagi para orang tua terutama ibu yang sedang menjalani proses kehamilan, karena bahwasannya ada banyak pengetahuan penting tentang mengurus anak sejak hamil, melahirkan, dan setelahnya. Bagi seorang ibu muda yang baru memiliki anak pertama seperti saya, info-info tersebut sangatlah diperlukan. Bagi yang sudah memiliki anak lebih dari satu pun tetap berguna

Bunda, Dalam Untaian Cahaya...

Ku tatap penuh keletihan pada tubuh paruh baya mu, Ku tatap penuh rindu pada raut wajahmu nan mulai berkerut, ku tatap penuh cinta pada punggung tangan mu yang tiada bosan memperkerjakannya, Ku tatap penuh haru pada jiwa mu yang tersimpan retak-retak kehidupan, Dalam ucap, teruntai setiap kasih Dalam tatap, teruntai setiap cinta Dalam peluh, teruntai setiap keikhlasan Dalam hangat, teruntai setiap pengorbanan Pada fajar, teralir air mata Pada mentari, teriring doa Pada surya, tergapai pengharapan Pada gelap, tersimpan keindahan Dengan rintihan, tergambar kepercayaan Dengan amarah, tersampaikan harapan Dengan kelembutan, tercurahkan kehangatan Dengan air mata, teriring kecintaan "Ungkapan yang terkadang tersembunyikan pada seseorang yang terhebat dalam hidup ini, Ibu, dalam setiap peluh mu, kau ajarkan arti sebuah cinta penuh pengorbanan tanpa balas. Terima kasih untuk mu yang tidak pernah berhenti... Nantikan aku di setiap wujud dalam doa mu... Dengan panuh ketulusan, ku sangat me

Day 8: Bintang dalam diri kita

Masih berlanjut tentang bintang dalam diri kita. Untuk bintang ketiga saya ini adalah bintang yang lebih dahulu bersinar dari yang lainnya, meski pada akhirnya kini menjadi bintang yang paling redup karena tertutupi dengan fokus pada kegiatan harian dan segala projeknya. Padahal, jika ditekuni lebih dalam dan serius, maka mungkin saja bisa menjadi tambahan profesi baru saya. Hand-crafting, ya itulah hal yang dapat membuat saya berbinar-binar jika sedang bersamanya. Proses menemukannya paling unik karena saya sendiri kurang begitu mengingat detailnya. Namun cerita dari banyak keluarga, saya mendapatkan gambaran bahwa saya memang sudah menyenangi hal-hal yang sifatnya membutuhkan keahlian tangan sejak kecil. Sepanjang ingatan saya, pelajaran seni, terutama seni rupa, adalah pelajaran yang selalu paling saya suka sejak sekolah dasar. Maka, tak heran jika usia SD saja saya sudah bisa membuat sapu tangan sulam, bahkan beberapa baju seringkali saya modifikasi sendiri, seringnya adalah m