Langsung ke konten utama

Tholabul 'Ilmi di Universitas Kehidupan: Sebuah Keharusan Tanpa Batas

Membahas tentang dunia pengasuhan atau biasa dikenal dgn parenting menjadi sebuah keharusan yang mutlak bagi banyak orang, tentu saja termasuk saya. Allah memang belum mengaruniai saya amanah mnjadi "baby sitter" Nya, namun kehidupan yg selalu dikelilingi oleh anak2 beragam usia telah menghantarkan saya pada bnyak kesempatan memahami dunia mereka, terutama jika dikaitkan dengan sisi2 "educational psychology". Hal ini pula yang dengan secara langsung menerjunkan saya pada satu tempat dimana sistem pembelajarannya tak mengenal birokrasi, SKSnya tak mengenal jumlah, serta metode belajarnya tak mengenal ruang dan waktu. Universitas kehidupan, itulah dunia baru tersebut...

Tak ubahnya dengan universitas pada umumnya, UK menuntut setiap civitasnya untuk belajar, hanya saja dengan rentang waktu tanpa batas. UK juga memiliki tim pengajar, namun dgn personel yang bisa berganti setiap waktunya. Selain itu, UK mengkondisikan untuk ujian, tetapi tanpa adanya pemberitahuan dan pengawasan. Tentu saja, kelulusan pun mnjadi masa yg ternantikan, dimana hanya bisa diraih dgn penuh kesabaran dan ketulusan, namun di hari yang tak bisa diharapkan.

Universitas kehidupan... Sebuah istilah yang sejatinya siapapun terdaftar di dalamnya, menekuni banyak ilmu yang seringkali kita sudah tahu, pun menghadapi banyak hal baru yang bisa hadir tak hanya dari para guru . Ditambah, Sang Pemilik kampus yang tak pernah lepas memberi kasus. Namun, hal-hal tersebutlah yang menjadikan UK istimewa krna penghuninya akan selalu berada dalam atmosfer belajar yg terus berkesinambungan.

Tak jauh brbeda dg yg lain, di uk pun kita diberi kesempatan untuk memilih bidang yg hendak kita tekuni namun tanpa mengesampingkan bidang2 yg lain, krna setiap kelas maupun bidang d uk saling berkaitan. Bagi saya sendiri, 'ketegasan' adalah salah satu kelas dlm bidang parenting yg masih dan mnjadi fokus pembelajaran. Bagaimana tidak, karena bagi seorang saya yg termasuk 'tidak cukup tega' memberi konsekuensi pd anak, merupakan sebuah bumerang krna bs merusak tatanan pola aturan yg pdhl justru dibuat demi kebaikan dan perubahan baik anak. Ibarat sebuah bola salju, semakin 'ketidaktegasan' itu teraplikasikan maka ada resiko sebuah pengabaian dlm nilai2 kebaikan. Cukup riskan bagi orang tua terutama ibu dimana tugas utamanya adalah membimbing ananda untuk selalu berada di dalam jalur fitrah ya.

Ketegasan pun menjadi poin penting yang tak bisa terelakkan dalam mengukur konsistensi sebuah pengasuhan. Semakin porsinya cukup baik, maka insya Allah ukurannya pun smakin meningkat. Begitu juga sebaliknya, agak sulit bagi seorang anak bisa tumbuh mnjadi pribadi yg disiplin jika tim pendidik di sekitarnya saja hanya mengisi pundi2 waktunya dgn harapan. Sehingga di sinilah nilai 'ketegasan' itu dibutuhkan, sebagai penyeimbang antara harapan dan kenyataan. Ironis memang, saya memahaminya tetapi saya juga yang menjadikannya 'pilot project' dalam UK saya.

Sebagaimana kelas parenting lainnya, tak ada ilmu yang bisa diraih dalam satu waktu apalgi dalam sekejap mata. Begitu pula dengan 'ketegasan', semua butuh pembiasaan yang konsisten. Sekali atau dua kali dalam menerapkan sebuah konsekuensi memang akan dirasa berat, namun perlahan berjalannya waktu tentu akan terasa lebih ringan dan pantas. Meski saya sendiri sadari hingga saat ini saya belum mencapai di tahap ringan tersebut.

Berikutnya, perbanyak belajar dari banyak orang baik secara langsung maupun literasi. Hal ini dapat memberikan kita masukan tentang cara-cara yg bisa dilakukan terutama dalam penyampaiannya. Faktor inilah yg terasa luar biasa sulit bagi saya, tentu saja karena justru di dalam penyampaian itulah kita dituntut berhadapan langsung dengan masalahnya. Namun, kembali lagi pada hakikat pembelajaran bahwa inti daripadanya adalah sebuah proses. Nikmati saja prosesnya dengan baik, insya Allah hasil akan sejalan dengannya karena proses tidak pernah mengkhianati hasil. Man jadda wajada.

Terlepas dari itu semua, tentu saja ada nilai-nilai aturan yang tetap harus ditaati dalam menjalani setiap prosesnya. Di UK setiap pembelajar, terutama saya, harus memiliki kunci utama dalam memasuki setiap jenjangnya yakni niat yang tulus dan ikhlas sehingga tujuannya hanya mengharap ridho Sang Illahi. Satu kunci ini menjadi kekuatan yg cukup dahsyat karena kelak dari sinilah akan lahir pribadi2 yang tak hanya mumpuni di bidangnya tetapi jg mumpuni dalam mengamalkannya, insya Allah.

Selain itu, bukan pembelajar namanya jika otaknya dipenuhi dengan pikiran2 negatif yg sarat dengan penolakan. Jadilah gelas yang kosong, karena gelas yang kosong akan selalu meminta untuk dipenuhi dan dipergunakan. Jika isinya sudah penuh, maka minumlah dan teruslah mengisinya hingga setiap air yang terminum benar-benar memenuhi tubuh dan memberikan manfaat bagi raga serta jiwa, bahkan orang-orang di sekitarnya.

Selanjutnya, pembelajar yang baik tentu akan sangat menghargai suatu ilmu. Jika ilmu yang sifatnya abstrak saja memiliki penghargaan yang besar, tentu juga harus sama atau bahkan lebih besar kadar penghargaannya bagi para pemberi ilmu. Ibarat sebuah lilin, ia bisa menyala karena ada yang menyalakannya. Jika api memberi sebab penerangan, maka yang menyulut apinya adalah faktor utama penyebab peneranganannya.

Akhir kata, tholabul ilmi bukanlah hal sederhana apalgi jika dilakukan di UK. Bahwasannya, dengan keluasan materi yg ada, serta ragam masalah pd kehidupan itu sendiri, maka apapun profesinya, berapapun usianya, serta dimanapun lokasinya... Tholabul ilmi adalah sebuah keharusan yang perlu dilalui terutama di bidang parenting. Karena dengan begitu diharapkan setiap masanya akan lahir generasi2 yang tak hanya berakhlak islami namun juga berkepribadian mumpuni sebagaimana fitrahnya yang terlahir sebagai khalifah fil ardh.

Semoga, orang2 yang istiqomah dalam meniti jalan panjang tanpa batas itu adalah kita, dan generasi2 cemerlang itu adalah keturunan kita... 😀
Allahumma aamiin.

With Love,

Popi Rosepti
Bsd, 260117, 19.50

*NHW #1_Adab Menuntut Ilmu*
(Artikel akan terus bersambung seiring NHW di setiap minggunya)
Matrikulasi IIP batch 3, regional Tangsel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan 2: Website penunjang kualitas diri "ibupedia.com"

Hari ini adalah hari belajar tentang per-ASI-an bagi saya. Hal ini tentu saja didasari dengan perubahan status sebagai ibu sejak 22 hari yang lalu. Saran dari banyak orang sering kali beragam, maka diperlukan juga waktu bagi diri untuk mencari referensi sendiri. Maka untuk hari saya dan suami menjadi orang tua pembelajar melalui salah satu website bagi banyak orang tua muda yakni  ibupedia.com .  Website tersebut banyak sekali menyajikan info-info terkait dunia kehamilan dan pengasuhan. Disajikan dengan bahasa ringan dan website yang menarik (karena didominasi warna pastel yang saya suka, he'eh) yang tentu saja sangat berguna bagi para orang tua terutama ibu yang sedang menjalani proses kehamilan, karena bahwasannya ada banyak pengetahuan penting tentang mengurus anak sejak hamil, melahirkan, dan setelahnya. Bagi seorang ibu muda yang baru memiliki anak pertama seperti saya, info-info tersebut sangatlah diperlukan. Bagi yang sudah memiliki anak lebih dari satu pun tetap berguna

Bunda, Dalam Untaian Cahaya...

Ku tatap penuh keletihan pada tubuh paruh baya mu, Ku tatap penuh rindu pada raut wajahmu nan mulai berkerut, ku tatap penuh cinta pada punggung tangan mu yang tiada bosan memperkerjakannya, Ku tatap penuh haru pada jiwa mu yang tersimpan retak-retak kehidupan, Dalam ucap, teruntai setiap kasih Dalam tatap, teruntai setiap cinta Dalam peluh, teruntai setiap keikhlasan Dalam hangat, teruntai setiap pengorbanan Pada fajar, teralir air mata Pada mentari, teriring doa Pada surya, tergapai pengharapan Pada gelap, tersimpan keindahan Dengan rintihan, tergambar kepercayaan Dengan amarah, tersampaikan harapan Dengan kelembutan, tercurahkan kehangatan Dengan air mata, teriring kecintaan "Ungkapan yang terkadang tersembunyikan pada seseorang yang terhebat dalam hidup ini, Ibu, dalam setiap peluh mu, kau ajarkan arti sebuah cinta penuh pengorbanan tanpa balas. Terima kasih untuk mu yang tidak pernah berhenti... Nantikan aku di setiap wujud dalam doa mu... Dengan panuh ketulusan, ku sangat me

Day 8: Bintang dalam diri kita

Masih berlanjut tentang bintang dalam diri kita. Untuk bintang ketiga saya ini adalah bintang yang lebih dahulu bersinar dari yang lainnya, meski pada akhirnya kini menjadi bintang yang paling redup karena tertutupi dengan fokus pada kegiatan harian dan segala projeknya. Padahal, jika ditekuni lebih dalam dan serius, maka mungkin saja bisa menjadi tambahan profesi baru saya. Hand-crafting, ya itulah hal yang dapat membuat saya berbinar-binar jika sedang bersamanya. Proses menemukannya paling unik karena saya sendiri kurang begitu mengingat detailnya. Namun cerita dari banyak keluarga, saya mendapatkan gambaran bahwa saya memang sudah menyenangi hal-hal yang sifatnya membutuhkan keahlian tangan sejak kecil. Sepanjang ingatan saya, pelajaran seni, terutama seni rupa, adalah pelajaran yang selalu paling saya suka sejak sekolah dasar. Maka, tak heran jika usia SD saja saya sudah bisa membuat sapu tangan sulam, bahkan beberapa baju seringkali saya modifikasi sendiri, seringnya adalah m