Langsung ke konten utama

Pelangi tetaplah indah, dimana pun ia berada,,, | Pelangi di 19' |

 Sebuah Catatan Kecil Tentang  Makna Kehidupan


kicauan burung beserta kokokan ayam terdengar menyambut nuansa pagi. Deru mesin mesin kendaraan pun menghiasi alunan fajar yang hendak menyingsing. Pun, semilir angin tak kalah berperan karena hendak menjadi bagian dengan menghantarkan udara sejuk dalam menyambut sang mentari.
indahnya pagi, yang merupakan titik awal sebagai pembuka hari...

dimana pun itu, nuansa pagi tetaplah demikian. 
penuh ketenangan, kesejukan, serta kedamaian.
setidaknya dari keramaian serta kebisingan roda roda kehidupan yg diisi oleh banyak manusia
namun, tetaplah aku tak dapat menghindar, karena aku merupakan bagian dari roda kehidupan tersebut.
ya begitulah kehidupan, bukan ia yang menyesuaikan diri dengan kita, tetapi kitalah yang harus dapat beradaptasi dengannya...

hai kehidupan,
tahukah kamu betapa memilikimu tidaklah mudah.
bersahabat denganmu bukanlah hal ringan.
bahkan mendekatimu membutuhkan waktu yang tak sebentar.

namun,
aku tetaplah harus melakukannya, karena hanya itu satu satunya cara untukku bisa berdamai dengan dirimu. Meskipun semuanya memerlukan proses yang panjang.

dan lihatlah diriku sekarang,
perlahan, aku mulai dapat melihat keindahan sosokmu
keberagaman jiwamu
bahkan, kebaikan dari hatimu
meskipun terkadang masih terpikir olehku tentang perlakuan perlakuanmu yang tak bisa aku terima karena keenggananmu menerima permintaanku.

tetapi tahukah kamu,
dengan banyaknya kenangan bersamamu tersebutlah aku mulai memahami, 
bahwa secara tak sadar aku telah jatuh hati padamu, sungguh...
dan aku yakin,
apapun perlakuanmu tersebut merupakan upayamu dalam mensahabatiku.
karena dirimu tahu bahwa begitu kerasnya jiwaku,
sehingga kau pun memerlukan perlakuan perlakuan yang juga tak lembut untuk membuka mataku melihat keberadaanmu di hadapanku.

oh kehidupan,
sungguh indah ternyata bisa hidup berdampingan denganmu,
lebih indah daripada setiap waktunya aku menyesali keberadaanmu.

karena,
ternyata bukan keberadaanmu yang salah,
hanya pola pikirku yang terlalu lemah dan kecil untuk memahamimu dan menerimamu di setiap langkahku.

hai sahabatku,
kini lihatlah diriku...
aku bukanlah lagi si gadis kecil yang dahulunya merengek rengek padamu untuk memohon engkau kirimkan permen permen kecil sebagai makanan cemilanku,
bukan lagi si gadis kecil yang dahulunya memintamu untuk membuatkan kepangan kepangan pada juntaian rambutku,
bukan pula si gadis kecil yang dahulunya menunggumu untuk memasangkan pita warna warni sebagai hiasan di rambut panjangku,

tetapi,
inilah aku sekarang,
yang telah tumbuh menjadi gadis dewasa yang bahkan untuk mencicipi permen, mengepang rambut, apalagi memasang pita tak perlu lagi menunggu kehadiranmu.
karena aku kini telah dapat melakukannya sendiri.
tanpa bantuan darimu yang dahulunya sungguh aku nantikan,

hai sahabatku,
tahukah kamu betapa aku kini menikmati hidup berdampingan denganmu,
berbincang serta melewati setiap harinya bersamamu dengan penuh canda tawa,
termasuk masa masa sulit yang penuh dengan tetesan air mata.

karena,
kini aku mulai memahami,
bahwa dirimu bukan untuk disesali, apalagi dihindari,
engkau berikan panas sebagai penerang, pun engkau berikan dingin sebagai penyejuk,
serta kau berikan hujan sebagai penempa, dan pada akhirnya kau pun berikan pelangi sebagai keindahan.
sungguh betapa indahnya setiap perlakuanmu tersebut....

hai sahabatku,
kini tolong jangan tinggalkan aku lagi, setelah upaya panjangku dalam menemukan persahabatan denganmu,
serta upayaku dalam memahami setiap perlakuanmu,

dan kini aku pun mulai kembali memahami,
bahwa kau berikan luasnya alam ini, untuk kucicipi keberadaannya,
hanya tuk satu pesanmu,

bahwa....
dimana pun itu, pelangi akan tetap indah...

dan aku sungguh mempercayainya...
karena melihat pelangi,
dimanapun dan kapanpun,
memang indah dan akan tetap indah,

sahabatku,
aku tahu dalam persahabatan tak ada pamrih,
namun bolehkah aku meminta sesuatu padamu untuk hari ini,
hari dimana kali pertamanya aku bertemu denganmu,
hari dimana aku memulai berkenalan denganmu,
dan hari dimana pertama kalinya aku melihat pelangimu,

tak banyak pintaku,
hanya tolong sampaikan pada Nya, pada pemilik dirimu.
bahwa aku sangat mencintai Nya, sungguh...
dan aku bersyukur Dia telah pertemukan aku dengan dirimu,
dengan banyak kenangan serta ritme langkah 
yang menjadikanku si gadis dewasa kini.

pintakanlah pada Nya,
untuk tetap bersamaku dan
jangan pernah tinggalkan aku.
karena aku tak tahu apalah jadinya diriku ini
jika bersahabat denganmu tanpa diri Nya....

terima kasih sahabat baikku yang bernama kehidupan...


With Love,
Bunga Adinda

Fri, September 19, '14
Langu, 00.00 WTS 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan 2: Website penunjang kualitas diri "ibupedia.com"

Hari ini adalah hari belajar tentang per-ASI-an bagi saya. Hal ini tentu saja didasari dengan perubahan status sebagai ibu sejak 22 hari yang lalu. Saran dari banyak orang sering kali beragam, maka diperlukan juga waktu bagi diri untuk mencari referensi sendiri. Maka untuk hari saya dan suami menjadi orang tua pembelajar melalui salah satu website bagi banyak orang tua muda yakni  ibupedia.com .  Website tersebut banyak sekali menyajikan info-info terkait dunia kehamilan dan pengasuhan. Disajikan dengan bahasa ringan dan website yang menarik (karena didominasi warna pastel yang saya suka, he'eh) yang tentu saja sangat berguna bagi para orang tua terutama ibu yang sedang menjalani proses kehamilan, karena bahwasannya ada banyak pengetahuan penting tentang mengurus anak sejak hamil, melahirkan, dan setelahnya. Bagi seorang ibu muda yang baru memiliki anak pertama seperti saya, info-info tersebut sangatlah diperlukan. Bagi yang sudah memiliki anak lebih dari satu pun tetap berguna

Bunda, Dalam Untaian Cahaya...

Ku tatap penuh keletihan pada tubuh paruh baya mu, Ku tatap penuh rindu pada raut wajahmu nan mulai berkerut, ku tatap penuh cinta pada punggung tangan mu yang tiada bosan memperkerjakannya, Ku tatap penuh haru pada jiwa mu yang tersimpan retak-retak kehidupan, Dalam ucap, teruntai setiap kasih Dalam tatap, teruntai setiap cinta Dalam peluh, teruntai setiap keikhlasan Dalam hangat, teruntai setiap pengorbanan Pada fajar, teralir air mata Pada mentari, teriring doa Pada surya, tergapai pengharapan Pada gelap, tersimpan keindahan Dengan rintihan, tergambar kepercayaan Dengan amarah, tersampaikan harapan Dengan kelembutan, tercurahkan kehangatan Dengan air mata, teriring kecintaan "Ungkapan yang terkadang tersembunyikan pada seseorang yang terhebat dalam hidup ini, Ibu, dalam setiap peluh mu, kau ajarkan arti sebuah cinta penuh pengorbanan tanpa balas. Terima kasih untuk mu yang tidak pernah berhenti... Nantikan aku di setiap wujud dalam doa mu... Dengan panuh ketulusan, ku sangat me

Day 8: Bintang dalam diri kita

Masih berlanjut tentang bintang dalam diri kita. Untuk bintang ketiga saya ini adalah bintang yang lebih dahulu bersinar dari yang lainnya, meski pada akhirnya kini menjadi bintang yang paling redup karena tertutupi dengan fokus pada kegiatan harian dan segala projeknya. Padahal, jika ditekuni lebih dalam dan serius, maka mungkin saja bisa menjadi tambahan profesi baru saya. Hand-crafting, ya itulah hal yang dapat membuat saya berbinar-binar jika sedang bersamanya. Proses menemukannya paling unik karena saya sendiri kurang begitu mengingat detailnya. Namun cerita dari banyak keluarga, saya mendapatkan gambaran bahwa saya memang sudah menyenangi hal-hal yang sifatnya membutuhkan keahlian tangan sejak kecil. Sepanjang ingatan saya, pelajaran seni, terutama seni rupa, adalah pelajaran yang selalu paling saya suka sejak sekolah dasar. Maka, tak heran jika usia SD saja saya sudah bisa membuat sapu tangan sulam, bahkan beberapa baju seringkali saya modifikasi sendiri, seringnya adalah m